Rabu, 13 Mei 2020

Puasa Bersama Bapak_part6


“Kamu yakin dengan pilihanmu San?”satu tanya penuh keraguan yang tentu Hasan mengetahui kemana arah yang dimaksud Ani.

“Hatiku sudah memilih, aku yakin keluarga Suci mau menerimaku apa adanya An,”tanpa keraguan sedikitpun terdengar jawaban itu ditelinga Ani.

Tak heran tentu jika Ani masih meragukan apa yang akan sahabatnya itu tentukan untuk masa depannya. Suci memang gadis yang baik, menarik dan menjadi pusat perhatian semua pemuda yang mengenalnya. Namun siapa yang tak mengenal dari mana ia berasal, keluarga terhormat yang disegani dengan gelimang harta dari usaha kayu dan mebelnya.

Hasan memang pemuda yang baik, sikapnya santun, dan cukup cerdas di bangku sekolah. Ani pun telah melihat semenjak mereka masih sekolah jika Hasan menyukai Suci. Namun untuk menjadikan Suci sebagai istrinya, Ani ragu dengan kondisi keluarga mereka yang bisa dibilang bak bumi dan langit itu. Pria sederhana yang ssetiap hari bergelut dengan lumpur di sawah hendak menyunting sang putri? Batinnya masih dipenuhi rasa khawatir.

“Suci yang akan meminta persetujuan dari ayahnya, dia sudah mengatakannya padaku,”berbinar mata Hasan mengatakan tentang kesungguhan Suci menerimanya.

“Semoga semua berjalan lancar San,”Ani meninggalkan Hasan yang masih asyik dengan lamunan indahnya itu. Ia bergegas hendak menemui ayah dan ibunya di rumah.



Tak hanya Ani yang mengingatkan rencana Hasan, ibu dan bapaknya pun telah memberikan gambaran betapa Hasan dan Suci tak sepadan latar belakangnya. Abah Ahmad dan Mak Yati merasa mereka minder dengan keluarga kaya tersebut. Meski mereka mengenal Suci sebagai gadis yang ramah, menghargai orangtua, namun apakah semua keluarganya akan menerima keluarga miskin sepertinya.

“Emak ga berani ke rumah juragan itu San, Emak dan Abahmu ini orang kecil, bahkan rumah kita tidak lebih bagus dari kandang peliharaan di kebun mereka,” penjelasan Emak dan Abah tak mampu menggoyahkan niat Hasan yang begitu menggebu.

Pernikahan itupun tetap terjadi, meski Abah dan Emak tak berani berlama-lama di tempat resepsi yang diadakan di rumah mewah itu. Keluarga Hasan hanya menyaksikan dari bangku-bangku yang disediakan khusus untuk mereka. Rombngan itu bergegas pulang setelah acara selesai.

Semenjak menikah, Hasan harus tinggal di rumah Suci dan keluarganya. Ia bekerja membantu di toko mebel milik ayah Suci. Hanya sesekali mereka berdua ke rumah Abah dan Emak. Itupun tak diperbolehkan Suci menginap di rumah mereka. Sedang Hasan pun harus selalu menjaga toko setiap hari. Emak sering melihat dari balik tembok toko mebel itu ketika ia pulang dari pasar. Ia hanya bisa memandang wajah sang putra dari kejauhan, buliran bening pun tak kuasa berjatuhan dari pelupuk mata tuanya itu. Bergegas Emak menjauhi tempat itu sebelum ada penjaga yang meilhat ke arah ia berdiri.

“Ani.....tolong Emak dan Abah, coba lah kamu main ke tempat Suci,”Abah Ahmad selalu meminta bantuan Ani saat mereka sangat merindukan Hasan. Meski tak bisa berlama-lama mengunjungi mereka, setidaknya Ani tak canggung bermain di rumah Suci dan Hasan, kedua orangtua Suci pun telah mengenal Ani semenjak masih sekolah. Ia sering diajak ke rumah untuk belajar bersama dan bermain di kebun yang luas dengan kolam ikan dan taman bunga milik keluarga Suci.

“Hasan dan Suci sehat semua Mak...Abah...mereka terlihat bahagia, apalagi Suci kini tengah mengandung Mak,”Ani menyampaikan kabar gembira untuk kedua orangtua Hasan.

“Hasan dipercaya menjaga salah satu toko yang akan dibuka di dekat perempatan pasar itu Mak, mereka akan membuka cabang yang baru,” lanjut Ani .

Emak dan Abah turut bahagia mendengar cerita Ani, meski mereka tak begitu saja percaya kalau putra mereka bahagia dengan kehidupan barunya.



“Semoga mereka memang bahagia ya An....Abah kuatir dengan Hasan, Abah sempat ketemu dia kemarin....wajahnya terlihat letih, badannya juga lebih kurus,”mata Abah menerawang jauh membayangkan kehidupan putra semata wayangnya itu.

“Abah dan Emak nggak usah terlalu khawatir dengan mereka, Hasan sudah bahagia dengan pilihan hidupnya Bah, terbukti mereka akan dipercaya menjaga toko yang baru,”Ani meyakinkan kedua orangtua itu.

Meski Ani selalu menghibur keduanya, namun tak cukup membuat tenang hati orangtua Hasan. Hanya dengan memohon pada Sang Pencipta yang sedikit mengurangi gelisah di hati keduanya.



Namun siapa sangka, sebuah awal yang dikira akan membawa bahagia itu menjadi jalan untuk kehidupan yang berbeda untuk Hasan dan Suci. Rumah dan toko yang dipercayakan kepada mereka tak mendatangkan keuntungan seperti yang diharapkan ayah Suci. Hasan tak lagi dipercaya hingga ia harus meninggalkan Suci beserta bayi digendongannya. Tak ada yang mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tangga keduanya, Hasan terdiam ketika keluarganya bertanya. Ia kembali ke rumah Emak dan Abah dengan berjalan kaki tanpa dibarengi istrinya.  Hasan hanya berdiam di kamarnya, tak ada cerita dari kepulangannya. Semenjak itu ia pun tak kembali ke rumah Suci.

Tak ada yang berani bertanya pada Hasan. Hingga setahun setelahnya Emak dan Abah menerima surat perceraian yang dikirimkan keluarga Suci ke rumah mereka. Surat yang menjadi bukti bahwa keduanya tak lagi bersama, yang semua urusan itu bukan dari Hasan. Tak ada lagi bahagia di wajah Hasan, senyumya seolah hilang dari hidupnya. Terlebih setelah tersiar kabar Suci dinikahkan dengan pengusaha kaya teman bisnis ayahnya. Pesta meriah pun digelar dengan pertunjukan wayang kulit sebagai hiburan masyarakat sekitar.

Tak ada kabar lagi dimana kini Suci bersama keluarga barunya. Hanya beberapa pelayan mengatakan bahwa ia dibawa ke luar negeri oleh suami barunya itu ketika Ani mencoba mencari kabar ke salah satu toko mebel ayahnya.


1 komentar:

Koneksi Antar Materi 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

  COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK A.       Paradigma Berfikir Coaching 1.        Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada  co...