Minggu, 17 Mei 2020

Langkah Menulia Ilmiah


Langkah Menulis Ilmiah



Menulis adalah sebuah keterampilan, sehingga perlu dilatih. Banyak ragam jenis tulisan, ada cerpen, puisi, novel, dan tulisan-tulisan ilmiah. Tulisan akan menjadi enak dibaca ketika keterampilan menulis sudah terasah baik. Maka sudah semestinya terus mengasah kemampuan menulis dengan terus menulis.



Belajar menulis kali ini mengambil tema “Menulis di Media Cetak”

Materi diberikan oleh narasumber bernama Dra. Rahmi Wilandai, M. Pd, pengajar mata pelajaran ekonomi dari SMA Negeri 21 Surabaya.  Lahir di Surabaya, 1 januari 1965, dengan pendidikan terakhir adalah S2 Pendidikan Ekonomi.

Pengalaman menulis ilmiah membawa Ibu Rahmi Wulandari meraih prestasi Juara LKTI hingga tingkat nasional.

Memulai terbiasa menulis dari hal-hal yang dialami seperti saat berangkat kerja, hal-hal menarik yang terjadi dituliskannya secara garis besar dan ketika sampai di rumah akan dikembangkanlah tulisan yang telah dibuat garis besarnya tadi.

Pesan beliau, “Janganlah enggan untuk memulai menulis”

Membaca di perpustakaan menjadi rutinitas Ibu Rahmi di waktu-waktu luangnya. Dengan membaca selain karena suasana perpustakaan yang nyaman, beliau juga memperoleh inspirasi untuk menulis.

Dalam menulis KTI atau artikel dibutuhkan wawasan sehingga diperlukan untuk rajin membaca baik membaca buku cetak maupun buku elektronik.

Jenis penelitian, ada Penelitian Deskriftif, Penelitian Eksperimen(penelitian murni), dan Penelitian Tindakan Kelas(PTK).

PTK merupakan penelitian yang mudah bagi guru karena ditulis dari kejadian sehari-hari saat mengajar. Jadi semua guru pasti bisa menulis PTK.

Mengikuti lomba KTI (PTK) pertama kali diikuti beliau tahun 2013 tanpa target, hanya mencari pengalaman. Di tahun tersebut sedang gencar-gencarnya workshop penulisan PTK dan Karya Ilmiah, dan banyak guru yang penasaran bagaimana menulis PTK.

Sebuah keberhasilan harus disertai usaha, semangat serta kerja keras. Mulailah dengan belajar disiplin diri menulis setiap hari. Kalau sudah terbiasa akan terasa enak, dan kecanduan untuk selalu menulis dan menulis.

Meski tema kali ini tentang Menulis di Media Cetak, namun pertanyaan seputar KTI dan PTK lah yang banyak menjadi topik permbahasan.

1.      Penelitian deskriftif itu seperti apa?

Peneliti mampu mengidentifikasi mengapa, apa dan bagaimana fenomena sosial. Banyak sekali gejala sosial yang terkadang kita bisa memprediksinya.

2.      Jika PTK menggunakan media pembelajaran, maka ada 3 variabel, dan harus ada lembar pengamatan penggunaan media.

3.      PTK minimal 2 siklus, 3 siklus lebih baik.

4.      Hasil penelitian menggambarkan bagaimana hasil penelitian dari siklus 1 – 3 disertai data tabel hasil penelitian.

5.      Ketika menyusun RPP satu semester, rencanakan bab mana yang akan dibuat PTK, dan kira-kira siswa mengalami kesulitan, pakai metode apa, model pembelajarannya bagaimana. Sehingga betul-betul  dipersiapkan PTK nya.

6.      Abstrak idealnya ada bahasa Indonesia dan ada yang bahasa Inggris. Dengan membuat PTK kita bisa mendapat: Jurnal Ilmiah baik cetak atau online.

7.       PTK juga harus diseminarkan. Ada berita acara, ada undangan dan lain-lain.

8.      Tentang penulisan artikel, bisa menulis dari kejadian, peristiwa, atau gejala yang ada di sekitar kita sehari-hari. Ada masalah, ada bahasan, ada solusi, dan kirim ke redaksi majalah atau surat kabar. Dengan jumlah kata 500 sampai dengan 1000 kata.

9.      Semakin sering menulis artikel dan semakin sering dimuat di Surat Kabar Regional atau nasional, maka semakin banyak tabungan Publikasi Ilmiah yang dimiliki.

10.  Untuk merangkai kata-kata dalam PTK perlu banyak membaca dan latihan.



11.  Artikel di jurnal adalah artikel ilmiah hasil penelitian dan non hasil penelitian. Artikel untuk koran tau majalah adalah artikel ilmiah populer.



Menulis fiksi maupun non fiksi, keduanya memerlukan latihan. Laihannya adalah sering menulis, banyak membaca. Teruslah menulis...menulis...dan menulis.

Prestasi Guru Daerah 3T


Prestasi Pendidik Daerah 3T



Bekerja di tempat yang nyaman mungkin menjadi dambaan banyak orang. Namun jalan kehidupan tentu tak selalu bersama dan seiring dengan yang diinginkan. Namun selalu ada tantangan di setiap suasana, disinilah kita akan diuji bagaimana menghadapi setiap tantangan yang hadir dalam lika liku perjalanan masing-masing. Berprestasi pun tak harus hadir dari suasana yang mendekati sempurna, semua mampu berprestasi tanpa pandang lokasi.



Seorang Guru dari SMA Negeri Probur, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur akan menuturkan perjalanan bagaimana ia meraih prestasi gemilangnya di berbagai ajang lomba tingkat nasional.

Dengan nama lengkap Arif Darmadiansah, S. Pd.,Gr berasal dari Kota Solo, dengan keahlian Biologi dan Komputer telah meraih banyak prestasi baik pada lomba Inovasi Pembelajaran maupun Guru Dedikasi. Tak hanya hebat dalam ajang kompetisi, ia juga seorang penulis buku yang telah menghasilkan beberapa buku terutama tentang Buku-Buku Latihan Soal.

Dimulai dari sebuah ide atau gagasan sederhana, yakni ingin membuat kelas menjadi menarik dan menyenangkan karena kurangnya sarana dan prasarana sehingga kualitas pembelajaran kurang optimal. Ide yang akan memunculkan kretivitas seorang guru untuk menghadapi masalah yang dihadapai di dalam kelasnya. Banyaknya masalah di tempat mengajar inilah yang akhirnya membawanya beradu di ajang kompetisi yang diadakan Kemdikbud yakni Lomba Inovasi Pembelajaran.

Portal kegiatan berbagai lomba dan kegiatan Kemdikbud untuk jenjang Dikmen dapat diakses pada kesharlindung.pgdikmen.kemdikbud.go.id, sedangkan untuk Dikdas dapat diakses pada kesharlindung.pgdikdas.kemdikbud.go.id.

Tahun 2016 menjadi awal Afif Darmadiansah mengikuti lomba Inovasi Pembelajaran(Inobel) yang terinspirasi dari sebuah proyektor hologram 3D.

Ingin menjelaskan materi invertebrata agar menarik untuk anak-anak yang tidak punya gambran sama sekali tentang hal terebut.

Dibuat pertama kali dengan menggunakan mika tutup CD bekas(bahan ini didapat dari teman guru)  yang dibentuk seperti prisma sebagai tempat hologramnya. Setelah ini berhasil lolos masuk finalis, bahan diganti dengan akrilik seharga tiga puluh ribu rupiah, seukuran kertas A4.  Dengan bahan akrilik tampilannya menjadi lebih jelas, gambar yang dihasilkan lebih detail dan tidak kusam.

Dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah metode pengembangan (RnD). Dengan proses dinilai oleh pengawas sekolah dengan hasil valid atau layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Kemudian media tersebut diujicoba ke anak serta didiseminasikan ke teman guru lain.

Penerapan media tersebut dapat meningkatkan minat dan hasil belajar anak meningkat. Dari pengalaman pertama ini, beliau mempunyai gambaran yang lebih siap untuk mengikuti ajang lomba yang sama di tahun 2018.

Tahun 2018 media yang digunakan adalah Millea(Mikroskop Lensa Laser Tenaga Surya). Ide yang didapat saat pembelajaran struktur tumbuhan namun tidak tersedia mikroskop. Mata pelajaran Biologi yang seharusnya dilakukan banyak praktek salah satunya dengan mikroskop mendasari lahirnya ide ini.

Media ini menggunakan HP yang ditambah lensa laser bekas mainan anak-anak, untuk memperoleh bayangan yang diperbesar dari struktur anatomi tumbuhan.

Diawali dengan niat untuk belajar, membawa beliau mendapatkan kejuaraan sebagai bonus kreativitasnya.

Dari dua media tersebut, yakni hologram mendapatkan juara 2 di tahun 2016 dan Millea juara 1 kategori utama tahun 2018.



Sebuah cerita pengelaman yang sangat luar biasa, menginspirasi dan dapat memotivasi guru-guru untuk berkreasi hingga mendapatkan ide untuk proses pembelajaran.

Adanya masalah di kelas menjadi dasar seorang guru mendapatkan ide, kreativitas hingga sebuah inovasi. Prestasi akan menjadi nilai tambah yang didapat, namun yang pasti tujuan untuk membuat pembelajaran yang lebih baik terpenuhi. Pecahkan masalah di kelasmu, tuangkan idemu, wujudkan dalam kreativitas.

Sabtu, 16 Mei 2020

Puasa Bersaama Bapak_part7


“Kenapa Budhe?” Rian menunggu Budhe Ani yang sedari tadi terdiam.

Ia terkejut mendengar Rian bertanya, rupanya bayangan masa yang silam itu masih melekat dalam benaknya. Dipandanginya wajah Rian yang kini telah beranjak remaja. Kulit yang terlihat tetap bersih meski ia sering main di sawah diwarisi dari Suci ibunya. “Suci....lihatlah putramu kini....,” bisik hatinya berucap.

“Rian pulang dulu sana....Bapak pasti sudah menunggu,”Andi mengingatkan Rian ketika matahari telah condong ke barat. Rupanya mereka telah mengahabiskan siang itu menyelami masa yang telah lewat. Sepenggal kisah yang tetap menyisakan tanda tanya di benak Rian.

“Album foto itu jangan dibawa pulang ya...biar disimpan di kamar Dul saja,”Ani meraihnya dari tangan Rian.

“Rian juga jangan cerita tentang masa lalu Bapak dulu....,”sambungnya.

“Apakah ini yang menyebabkan Bapak sakit Budhe?”

Ani hanya menganggukkan kepala menjawab tanya dari Rian. Tak hanya Hasan yang sakit karena masa itu, Abah yang sangat terpukul dengan kembalinya Hasan dengan surat perpisahan itu. Sakit di hati itu menggerogoti raganya yang kian renta, hingga ia harus meninggalkan Emak tak sampai setahun setelah Hasan kembali.

“Bantu Emak ya Ani...Andi..,”pinta Emak sesaat setelah Abah dikebumikan. Emak adalah ibu bagi Ani dan Andi. Kepadanya Ani selalu mengadu saat ia sedang sedih, kesal ataupun bahagia. Wanita tangguh yang dengan sabar mendampingi Hasan saat ia tak lagi bisa mengendalikan diri. Mengasuh Rian dan menjadi penerang di tengah rumah mungil di tepi sawah.

Kalau tak ada Emak, mungkin penduduk akan membawa Hasan ke rumah sakit jiwa. Meski tak setiap saat ia bersikap tak wajar, namun kekhawatiran akan keselamatan Emak dan Rian menjadikan warga tak ingin membiarkannya berada di rumah.

“Hasan anak yang baik Pak Lurah, Emak percaya ia tidak akan menyakiti keluarganya, biarkan dia tetap bersama saya dan anaknya,”pinta Emak ketika Kepala Desa mewakili warga meminta Emak merelakan Hasan dibawa untuk penyembuhan di rumah sakit.

Emak selalu yakin bahwa anaknya akan kembali seperti dulu kala. Seorang laki-laki yang baik dan perhatian dengan dirinya. Jalan hidupnya saja yang memang harus melewati masa yang sulit dalam pernikahannya. Jiwa mudanya belum siap menerima kenyataan pahit diantara harapan indahya.

Dan kini setelah Emak tak lagi bersama Hasan, Rian pun tetap menemani Bapak dengan sabar. Ia memiliki jiwa yang kuat dan sabar seperti Mbah Putri nya itu.

Tawaran untuk menjadi anak angkat berulangkali ia tolak dengan kata-kata polosnya. “Rian ingin hidup dengan Bapak, jangan bawa Bapak pergi,”jawaban Rian kecil sepeninggal Emak.

Hampir tiga tahun Rian telah menjalani hidup hanya dengan Bapak di rumah mungil itu. Masa yang membuat ia tumbuh menjadi anak yang mandiri dan tak pernah putus harapan menanti Bapak kembali.

“Bapak....Rian pulang,”ia bergegas mencari Bapak di belakang rumah ketika ditengoknya rumah sepi.

Benar saja, Bapak sedang membersihkan rumput-rumput di kebun belakang rumah. Melihat Rian mendekatinya ia berhenti dari kesibukannya itu. Meski masih tanpa kata, namun Rian melihat binar yang berbeda di wajah Bapak. Ia tak lagi berwajah dingin, ada harapan dalam sorot mata di depannya.

“Rupanya Bapak telah memanen pisang dan singkong...daunnya sekalian buat sayur ya,”Rian membantu Bapak memetik daun-daun singkong yang ranum itu. “Nanti Bapak yang bikin bumbunya ya, Rian nggak bisa kalau masak daun singkong..nah Rian bagian merebus singkong atau menggoreng saja,”sambil mencuci sayuran ia terus mengajak Bapak berbicara. Tak ia pedulikan kapan Bapak akan menjawabnya. Bapak selalu memahami apa yang ia katakan setiap hari. Bapak memang tak berbicara, namun ia melakukan apa yang diucapkannya.

Keduanya kini asyik memasak di dapur, dengan cekatan Rian menyiapkan semua bumbu-bumbu yang hendak dihaluskan oleh Bapak. Ia pun menyalakan kayu bakar dalam tungku yang di atasnya telah ada kuali berisi singkong hasil panen tadi. Bapak menyodorkan sepiring gula merah yang telah diiris kepadanya. “Ini dimasukkan juga ke kuali ya Pak?”tanya yang dijawab dengan anggukan. “Ini namanya apa pak? Kalau kolak kan pakai santan kelapa, lha ini cuma pakai gula merah,”Rian terus berbicara sambil mengaduk-aduk masakannya biar tidak gosong.  

“Oh iya...dulu Mbah Putri juga sering masak begini ya Pak, tapi Rian nggak tahu namanya juga, malah Rian makannya habis dua mangkok.”

“Rian mandi dulu ya Pak...ini sudah matang, tinggal Bapak yang masak sayurnya,”Rian meninggalkan Bapak menuju kamar mandi.


Jumat, 15 Mei 2020

Hikmah Ditolak Penerbit Mayor


Hikmah Ditolak Penerbit Mayor



Aktivitas menulis yang dilakukan konsisten akan menghasilkan tulisan yang akhirnya bisa dikumpulkan menjadi sebuah buku dan diterbitkan. Menerbitkan buku di penerbit mayor tentu harus dipahami kriteria yang diinginkan penerbit, tidak semua yang kita tulis sudah sesuai dengan penerbit, bahkan banyak yang berakhir dengan naskah yang ditolak penerbit mayor? Sedih? Tentu rasa itu yang dominan saat kabar penolakan diterima? Menyerah? Atau mau lanjut dengan memperbaiki naskah? Semua tentu tergantung pada diri penulis.



Sekarang kita simak pengalaman OmJay dalam menyikapi hal seperti di atas.

Menulis setiap hari sudah menjadi aktivitas guru kita ini. OmJay.... tentu bisa dibayangkan berapa banyak tulisan yang telah dikoleksi beliau. Telah banyak melahirkan buku-buku yang diterbitkan penerbit mayor. Namun apakah OmJay pernah mengalami ditolak naskahnya di penerbit mayor?

Pengalaman inilah yang akan beliau bagi kepada kita semua.

“Sedih rasanya bila buku yang kita tulis ditolak oleh penerbit. Saya sendiri pernah merasakannya. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Sakitnya tuh disini(sambil mengelus dada),”kata OmJay diakhiri dengan tawa..hahhaha.

Lanjutnya lagi...”Namun perlu anda ketahui, saya termasuk orang yang pantang menyerah. Ketika naskah saya ditolak para penerbit mayor, saya tidak putus asa. Saya akan menerimanya dengan lapang dada. Saya terima dengan senyuman meskipun terasa pahit.”

“Berkali-kali gagal lekas bangkit lagi dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri lagi jangan mengeluh. Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Kegagalan adalah awal dari sukses yang tertunda. Gembirakan dirimu dengan terus belajar kepada orang-orang yang telah sukses menerbitkan bukunya.”

“Saya perbaiki tulisan saya. Kemudian saya baca kembali. Beberapa teman yang saya percaya, saya minta memberikan masukan. Hasilnya buku saya menjadi lebih baik dari sebelumnya dan lebih enak untuk dibaca. Sakit hati itu terasa terobati.”

“Saya sangat berterima kasih kepada penerbit yang sudah menolak buku yang saya susun. Dengan begitu buku yang saya susun menjadi layak jual. Coba kalau seandainya naskah buku saya langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku karena isinya kurang menarik hati pembaca. Buku saya terbit tetapi tidak banyak pembelinya.”

“Saya jadi banyak belajar semenjak buku ditolak penerbit mayor. Saya perbaiki dan terus perbaiki sehingga naskah buku menjadi lebih enak dibaca. Butuh waktu lama mengerjakannya. Saya pantang menyerah. Saya belajar dari penolakan. Saya pergi ke toko buku dan membaca buku-buku best seller. Dari sanalah saya akhirnya tahu rahasia buku mereka laris dibaca pembaca.”



Penuturan yang sangat berharga untuk kita-kita OmJay. Semangat pantang menyerah dan terus belajar dari pengalaman dan memperbaiki tulisan agar lebih baik dengan cara banyak membaca buku-buku yang best seller.



Pada sesi tanya jawab tentu seputar menerbitkan buku di penerbit mayor, diantaranya seperti berikut:

1.    Apa dasar penerbit menolak tulisan kita?

Karena tulisan kita tidak sesuai standar penerbit, dan biasanya calon penulis baru begitu sangat menggebu dan sangat yakin bukunya akan laku.

2.    Bagaimana cara menerbitkan buku dari hasil resume?

Segera kumpulkan dari pertemuan pertama sampai akhir, gabung dalam satu file, kemudian lihat buku-buku yang sudah diterbitkan penerbit, kemudian tawarkan ke penerbit.

3.    Hal-hal apa yang harus kita perhatikan untuk membuat buku/tulisan yang lebih menarik untuk pembaca kategori remaja?

Banyak membaca dan tidak pelit beli buku.



Banyak hikmah yang bisa diambil dari suatu proses, tak terkecuali dalam dunia menulis dan menerbitkan buku. Belajar dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain tentu akan sangat bermanfaat bagi kita. Ambil hikmah dari pengalaman...buat perbaikan...songsong masa depan dengan tulisan yang lebih baik dan enak dibaca.

Kamis, 14 Mei 2020

Menulis Opini dan Hikmah


Menulis Opini dan Hikmah



Menulis memiliki beragam jenis, dari jenis tulisan ada fiksi dan non fiksi serta faksi, dari jenis media ada media cetak dan media elektronik. Publikasi menulis dapat dilakukan dengan mengirimkan tulisan di media baik media cetak maupun media elektronik. Apa dan bagaimana menulis di media?

Tema pada Belajar Menulis kali ini adalah “Pengalaman Menulis Opini dan Hikmah Republika”

Narasumber adalah Pendidik dan Pemerhati Karakter Guru. Asep Sapa’at, dengan latar belakang pendidikan sarjana di bidang matematika dari Universitas Pendidikan Indonesia. Dengan moto “Mengalirkan Kata Memahami Jiwa”

Yuk kita simak pengalaman narasumber:         

“Mengikat Makna”    istilah yang dipopulerkan oleh almarhum Hernowo, yang memiliki arti segala hal yang berkaitan dengan aktivitas menulis sebagai cara untuk memaknai hal-hal yang bisa kita lihat, dengar, rasakan, renungi.

“Setiap orang memiliki hambatan menulis yang berbeda-beda. Ada yang disebabkan kesulitan mengaalirkan gagasan, ada juga karena faktor mood, ada pula yang disebabkan karena faktor penguasaan bahasa serta keterampilan menulis. Namun hakikatnya, setiap diri kita bisa menulis jika konsisten mau belajar. Hal yang paling mudah ditulis adalah sesuatu yang dekat dengan diri kita.”

Diawali dengan menulis di buku harian menjadi cara yang ampuh untuk membangun kepercayaan diri untuk menuangkan gagasan, sebelum dapat dipublikasiakn tulisannya di media massa.

Berdasarkan kajian Bambang Trimansyah, sifat tulisan terbagi menjadi 4 sifat, yaitu:

1.      Pribadi tertutup, yakni tulisan bersifat sangat pribadi dan cenderung dirahasiakan agar tidak dibaca atau terbaca oleh orang lain. Tulisan ini biasanya berupa diari, surat-surat pribadi ataupun catatan-catatan rahasia.

2.      Pribadi terbuka, yakni tulisan bersifat pribadi ataupun sangat pribadi, tetapi dibiarkan ataupun disengaja untuk dibaca orang lain. Tulisan-tulisan di blog, situs ataupun media sosial cenderung bersifat pribadi, sujektif, dan kadang malah dibuat sesuka hati.

3.      Publik terbuka, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak, tetapi dalam lingkup terbatas, misalnya lingkup komunitas, lingkup keagamaan ataupun lingkup sesama teman yang saling kenal.

4.      Publik terbuka, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak secara terbuka dan luas meskipun menyasar pada segmen pembaca tertentu. Tulisan ini bebas dibaca siapa pun yang berminat.

Opini merupakan jenis tulisan nonfiksi, ranah jurnalistik, dan sifat tulisannya publik terbuka.

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar tulisan kita memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Fauzil Adhim tulisan akan memiliki jiwa jika”

1.       Saat penulis memiliki visi hidup(cita-cita dan harapan),

2.      Melibatkan emosi saat menulis,

3.      Luas wawasannya (banyak membaca, berdiskusi, jalan-jalan)

4.      Berbagi pengalaman hidup nyata yang pernah dialami,

5.      Menggunakan nalar atau logika yang tepat,

6.      Tulisan sebagai hasil perenungan yang mendalam tentang apapun yang akan dituls(kontemplasi)

Menggagas: Berpikir dan Merencanakan:

1.      Mengumpulkan bahan referensi

2.      Menentukan pembaca sasaran

3.      Mengembangkan ide menjadi kerangka

Menyusun Draf

1.      Menulis bebas

2.      Memasukkan bahan yangb relevan dengan pengalaman diri, pengalaman orang lain, latar belakang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki.

3.      Memasukkan data dan fakta.

4.      Mengembangkan gaya penulisan yang tepat sesuai pembaca sasaran.

Di luar masalah tenis, ada faktor non tenis seperti disiplin menulis, tak pantang menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat, juga tak berhenti belajar meningkatkan keterampilan menulis.

Selain hal tersebut, faktor jalinan silaturahim dengan para redaktur di media massa juga akan mendapatkan informasi dan masukan dari para redaktur agar kualitas tulisan lebih baik dan potensial dimuat di media cetak.

Selanjutnya, hal-hal yang dibahas di sesi tanya jawab:

1.      Bagaimana mensiasati agar waktu menulis dan tema kita sesuai dengan momenyang tepat?

Kita harus sensitif dengan momentum yang akan terjadi.

2.      Apa syarat agar tulisan diterima?

Syarat utama adalah ide orisinal dan menarik, data, dan fakta yang disajikan sahih, tata bahasa baik, dan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak.

3.      Tulisan yang pasti ditolak media adalah yang tidak mengikuti kaidah yang sudah ditetapkan media. Misalnya sesuatu yang bersifat SARA, gagasan terlalu umum, batas maksimal karakter tak diindahkan.

4.      Setiap media cetak punya kebijakan sendiri terkait standar tulisan yang akan mereka terima.

5.      Mulailah dengan mempelajari tulisan-tulisan opini yang dimuat di media, lalu coba buat tulisan. Hal penting tulisan opini adalah tata bahasa baku dan pemilihan diksi yang bermakna lugas.



Pengalaman adalah guru terbaik. Dengar dan baca pengalaman dari mereka yang telah sukses berkecimpung di duna menulis menjadi bekal untuk selalu menulis hingga menemukan jenis dan gaya penulisan sendiri.

Rabu, 13 Mei 2020

Puasa Bersama Bapak_part6


“Kamu yakin dengan pilihanmu San?”satu tanya penuh keraguan yang tentu Hasan mengetahui kemana arah yang dimaksud Ani.

“Hatiku sudah memilih, aku yakin keluarga Suci mau menerimaku apa adanya An,”tanpa keraguan sedikitpun terdengar jawaban itu ditelinga Ani.

Tak heran tentu jika Ani masih meragukan apa yang akan sahabatnya itu tentukan untuk masa depannya. Suci memang gadis yang baik, menarik dan menjadi pusat perhatian semua pemuda yang mengenalnya. Namun siapa yang tak mengenal dari mana ia berasal, keluarga terhormat yang disegani dengan gelimang harta dari usaha kayu dan mebelnya.

Hasan memang pemuda yang baik, sikapnya santun, dan cukup cerdas di bangku sekolah. Ani pun telah melihat semenjak mereka masih sekolah jika Hasan menyukai Suci. Namun untuk menjadikan Suci sebagai istrinya, Ani ragu dengan kondisi keluarga mereka yang bisa dibilang bak bumi dan langit itu. Pria sederhana yang ssetiap hari bergelut dengan lumpur di sawah hendak menyunting sang putri? Batinnya masih dipenuhi rasa khawatir.

“Suci yang akan meminta persetujuan dari ayahnya, dia sudah mengatakannya padaku,”berbinar mata Hasan mengatakan tentang kesungguhan Suci menerimanya.

“Semoga semua berjalan lancar San,”Ani meninggalkan Hasan yang masih asyik dengan lamunan indahnya itu. Ia bergegas hendak menemui ayah dan ibunya di rumah.



Tak hanya Ani yang mengingatkan rencana Hasan, ibu dan bapaknya pun telah memberikan gambaran betapa Hasan dan Suci tak sepadan latar belakangnya. Abah Ahmad dan Mak Yati merasa mereka minder dengan keluarga kaya tersebut. Meski mereka mengenal Suci sebagai gadis yang ramah, menghargai orangtua, namun apakah semua keluarganya akan menerima keluarga miskin sepertinya.

“Emak ga berani ke rumah juragan itu San, Emak dan Abahmu ini orang kecil, bahkan rumah kita tidak lebih bagus dari kandang peliharaan di kebun mereka,” penjelasan Emak dan Abah tak mampu menggoyahkan niat Hasan yang begitu menggebu.

Pernikahan itupun tetap terjadi, meski Abah dan Emak tak berani berlama-lama di tempat resepsi yang diadakan di rumah mewah itu. Keluarga Hasan hanya menyaksikan dari bangku-bangku yang disediakan khusus untuk mereka. Rombngan itu bergegas pulang setelah acara selesai.

Semenjak menikah, Hasan harus tinggal di rumah Suci dan keluarganya. Ia bekerja membantu di toko mebel milik ayah Suci. Hanya sesekali mereka berdua ke rumah Abah dan Emak. Itupun tak diperbolehkan Suci menginap di rumah mereka. Sedang Hasan pun harus selalu menjaga toko setiap hari. Emak sering melihat dari balik tembok toko mebel itu ketika ia pulang dari pasar. Ia hanya bisa memandang wajah sang putra dari kejauhan, buliran bening pun tak kuasa berjatuhan dari pelupuk mata tuanya itu. Bergegas Emak menjauhi tempat itu sebelum ada penjaga yang meilhat ke arah ia berdiri.

“Ani.....tolong Emak dan Abah, coba lah kamu main ke tempat Suci,”Abah Ahmad selalu meminta bantuan Ani saat mereka sangat merindukan Hasan. Meski tak bisa berlama-lama mengunjungi mereka, setidaknya Ani tak canggung bermain di rumah Suci dan Hasan, kedua orangtua Suci pun telah mengenal Ani semenjak masih sekolah. Ia sering diajak ke rumah untuk belajar bersama dan bermain di kebun yang luas dengan kolam ikan dan taman bunga milik keluarga Suci.

“Hasan dan Suci sehat semua Mak...Abah...mereka terlihat bahagia, apalagi Suci kini tengah mengandung Mak,”Ani menyampaikan kabar gembira untuk kedua orangtua Hasan.

“Hasan dipercaya menjaga salah satu toko yang akan dibuka di dekat perempatan pasar itu Mak, mereka akan membuka cabang yang baru,” lanjut Ani .

Emak dan Abah turut bahagia mendengar cerita Ani, meski mereka tak begitu saja percaya kalau putra mereka bahagia dengan kehidupan barunya.



“Semoga mereka memang bahagia ya An....Abah kuatir dengan Hasan, Abah sempat ketemu dia kemarin....wajahnya terlihat letih, badannya juga lebih kurus,”mata Abah menerawang jauh membayangkan kehidupan putra semata wayangnya itu.

“Abah dan Emak nggak usah terlalu khawatir dengan mereka, Hasan sudah bahagia dengan pilihan hidupnya Bah, terbukti mereka akan dipercaya menjaga toko yang baru,”Ani meyakinkan kedua orangtua itu.

Meski Ani selalu menghibur keduanya, namun tak cukup membuat tenang hati orangtua Hasan. Hanya dengan memohon pada Sang Pencipta yang sedikit mengurangi gelisah di hati keduanya.



Namun siapa sangka, sebuah awal yang dikira akan membawa bahagia itu menjadi jalan untuk kehidupan yang berbeda untuk Hasan dan Suci. Rumah dan toko yang dipercayakan kepada mereka tak mendatangkan keuntungan seperti yang diharapkan ayah Suci. Hasan tak lagi dipercaya hingga ia harus meninggalkan Suci beserta bayi digendongannya. Tak ada yang mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tangga keduanya, Hasan terdiam ketika keluarganya bertanya. Ia kembali ke rumah Emak dan Abah dengan berjalan kaki tanpa dibarengi istrinya.  Hasan hanya berdiam di kamarnya, tak ada cerita dari kepulangannya. Semenjak itu ia pun tak kembali ke rumah Suci.

Tak ada yang berani bertanya pada Hasan. Hingga setahun setelahnya Emak dan Abah menerima surat perceraian yang dikirimkan keluarga Suci ke rumah mereka. Surat yang menjadi bukti bahwa keduanya tak lagi bersama, yang semua urusan itu bukan dari Hasan. Tak ada lagi bahagia di wajah Hasan, senyumya seolah hilang dari hidupnya. Terlebih setelah tersiar kabar Suci dinikahkan dengan pengusaha kaya teman bisnis ayahnya. Pesta meriah pun digelar dengan pertunjukan wayang kulit sebagai hiburan masyarakat sekitar.

Tak ada kabar lagi dimana kini Suci bersama keluarga barunya. Hanya beberapa pelayan mengatakan bahwa ia dibawa ke luar negeri oleh suami barunya itu ketika Ani mencoba mencari kabar ke salah satu toko mebel ayahnya.


Minggu, 10 Mei 2020

Puasa Bersama Bapak_part5


Pak Andi yang tak lain adalah ayah Dul tengah duduk santai di beranda rumah ketika Dul dan Rian hendak mencarinya. Bangku panjang terbuat dari kayu jati di sana memang sangat nyaman disinggahi di kala sedang bersantai. Semilir angin membuat suasana makin sejuk hingga mengantar Dul sering tertidur siang di sana. Kedua bocah itu mendekati dan duduk di bangku yang lain di seberang bangku yang diduduki Pak Andi.

“Pak.....Dul sama Rian boleh tanya sesuatu?”ragu terdengar dari suara lirihnya.

“Sini...kalian dekat Bapak,”yang ditanya justru meminta keduanya mendekat.

“Kok tumben kalian sudah di rumah?”diperhatikannya mereka berdua penuh selidik.

Memang tidak biasanya Dul dan Rian bermain di dalam rumah, mereka terbiasa menghabiskan waktu bermain bersama teman-temannya di sungai atau di halaman masjid. Tak heran jika keberadaan mereka di rumah jadi tanda tanya untuk ayah Dul.

Keduanya hanya tertawa mendengar pertanyaan itu. Saling pandang diantara keduanya untuk siapa yang akan mengatakan apa yang mereka inginkan.

“Hmmmm Pak.....Rian mau tanya tentang gambar di buku ini,”kembali Dul dengan gemetar berkata.

Ia menunjuk album lama yang berada di tangan Rian. Terlihat wajah ayah Dul berkerut pertanda ia sedang mengingat sesuatu. Diraihnya album itu dari tangan Rian. Satu per satu kembali ia membuka dan memperhatikan gambar-gambar yang ada di dalamnya.

“Rian.... mungkin sudah saatnya Pakdhe membuka semua ini,”Andi membuka halaman yang berisi gambar yang hendak Rian ketahui.

“Panggilkan Budhe mu sana,”Andi meminta Rian memanggil Ibunya Dul.

“Ada apa Pak...kok tumben kumpul-kumpul di sini,”Ani yang belum mengetahui maksud suaminya bertanya-tanya.

Andi menunjukkan gambar dalam foto yang dipegangnya. Ani terlihat menarik nafas nya lebih dalam. Ada rasa yang sulit untuk diterjemahkan oleh Dul dan Rian melihat kedua orangtua di depan mereka.

“Ini adalah Suci.....,”Ani menunjuk gambar wanita diantara Hasan dan Mbah Putri.

“Dia adalah ibumu Rian....,”kalimat yang menggantung seolah masih ada hal yang hendak Budhe Ani sampaikan pada Rian.

Rian masih terdiam memperhatikan gambar itu. Entah kenapa ia sama sekali tak mengingat wajahnya jika memang ia adalah ibunya.

“Mengapa Rian tidak bisa mengingatnya Budhe?”

“Kamu dibawa Hasan ke rumah Mbah Putri semenjak belum genap satu tahun,”Budhe Ani melanjutkan ceritanya.

Sepenggal cerita itu menambah Rian makin tak memahami apa yang terjadi saat ia masih kecil.

“Hasan....Bapakmu itu orang yang baik, dia dulu menjadi teladan bagi remaja di sini, banyak gadis-gadis teman Budhe yang mengangumi Bapakmu itu,”Ani seolah kembali mengingat masa remajanya.

Ia dan Hasan memang seusia, mereka saudara sepupu. Maka tak heran jika ia sangat mengenal sosok yang biasa Rain panggil Bapak itu. Perhatian Budhe Ani pun sangat besar kepada mereka berdua. Ia selalu memastikan keduanya memiliki makanan dan Rian tidak merasa kesepian.

“Kamu masih ingat kapan Bapak tidak mau bicara?”Andi bertanya pada Rian yang tenggelam dengan lamunannya.

“Semenjak Mbah Putri meninggal Pakdhe”

Meski sebelum itu Hasan pun tak bisa diajak komunikasi dengan baik oleh orang-orang di sekitarnya, namun Rian masih bisa mendengar suara Bapaknya. Ia akan berteriak keras dengan tiba-tiba, dan mengurung diri di kamar sambil terus menangis. Rian akan menjauh dari Bapak saat seperti itu, berlari ke rumah Budhe Ani dan ia akan menangis mengadukan kondisi bapaknya.

Mbah Putri akan membujuk Bapak hingga ia membuka pintu kamar dan terlihat sangat kelelahan. Dan pasti ia akan mencari Rian kembali, digendongnya ia pulang. Rian masih ingat ucapan Bapak saat menggendongnya, “maafkan Bapak ya, Bapak sayang Rian”. Selalu itu yang Bapak katakan padanya. Sikap Bapak yang selalu berubah membuat Rian kadang ketakutan, namun ia tetap menunggu Bapak menjemputnya dari rumah Budhe Ani.

Jumat, 08 Mei 2020

Proses Menerbitkan Buku


Proses Menerbitkan Buku Ajar




Dalam proses belajar mengajar salah satu suber belajar adalah buku ajar. Buku masih menjadi referensi yang efektif dan dijadikan rujukan tentang materi pelajaran. Dalam proses membuat buku ajar, jika naskah telah siap, tentu yang diperlukan adalah bagaimana naskah tadi akan diterbitkan. Memahami seluk beluk penerbitan buku akan membantu penulis dalam menyiapkan hal tersebut.

Berkaitan dengan proses menerbitkan buku ajar, tema pertemuan kali ini akan memaparkan tentang: “Proses Menerbitkan Buku Ajar”

Materi disampaikan oleh Direktur Penerbitan dari Penerbit Andi yaitu Bapak Joko Irawan Mumpuni. Dengan dipandu oleh moderator Mr. Bams kita akan menyimak penjelasan dari narasumber.

Materi disampaikan berupa slide dan dijelaskan dengan rekaman suara yang dapat diikuti oleh seluruh anggota grup belajar menulis dari beeberapa gelombang.

Berkaitan dengan tulis menulis, kita harus mengetahui posisi kita berada pada tingkatan apa dan bagaimana, ini yang ditayangkan pada slide pertama. Digambarkan berupa anak tangga tentang step posisi seorang penulis, terdiri dari 8 tahapan yaitu: I WON’T DO IT, I CAN’T DO IT,I WANT TO DO IT, HOW DO I DO IT?, I’ILL TRY TO DO IT, I CAN DO IT, I WILL DO IT, DAN YES I DID IT.

Mengenal dunia penerbitan buku, secara sederhanya Ekosistem penerbitan terdiri dari empat proses, yaitu: Penerbit   - Penyalur- Pembaca- Penulis, seperti pada gambar di bawah ini:



                                               

Proses naskah menjadi buku tentu dimulai dari penulis mengirimkan proposal penerbitan bukunya ke penerbit. Dari hasil penilaian naskah buku yang dikirim penulis, penerbit akan menentukan apakah naskah tersebut diterima atau dikembalikan dengan disertai surat pemberitahuan.

Ketika hasil penlaian tersebut adalah penerbit menyatakan DITERIMA, yakni penulis menerima surat pemberitahuan dan permintaan softcopy naskah.

Naskah yang berupa softcopy akan melalui proses editing oleh Tim dari penerbit dan dilanjutkan dengan  Setting dan Desain Cover. Setelah hasil edit dengan beberapa hal yang disesuaiakan dengan permintaan penerbit, hasil dari edit naskah tadi akan dicetak sebuah buku yang disebut Naskah Proof atau dami dan dikirimkan ke penulis untuk dikoreksi akhir agar tidak ada kesalahan fatal ketika buku sudah dicetak secara masif.

Boleh tidak jika naskah tadi dirubah total? Ya boleh saja, tapi itu akan memakan waktu yang lama dan merugikan penerbit. Sehingga diharapkan ketika mengirim naskah ke penerbit sudah naskah jadi.

Setelah naskah dami itu dicoret-coret,  dikoreksi dan dikembalikan ke penerbit, akan dibuatkan film dan ditempelkan ke alat cetak untuk proses cetak buku baik isi buku maupun cover buku. Proses selanjutnya adalah penjilidan buku dan proses terakhir adalah Wrapping.

Apa indikator penulis itu berhasil atau tidak?

1.      Kepuasan

Jika penulis itu berhasil maka penulis akan mendapatkan kepuasan yang sangat dalam karena bukunya bermanfaat untuk orang banyak.

2.      Reputasi

Indikator kedua, mulai terkenal, oleh guru, oleh siswa, sosial medianya mulai dikenal.

3.      Karir

Indikasi berikutnya adalah kairnya meningkat.

4.      Uang

Indikator paling nyata adalah royalti. Penerbit selalu berharap penulis mendapat royalti sebesar-besarnya dan juga penerbet mendapat untung sebesar-besarnya dengan banyaknya buku yang laku terjual.

Indikator buku itu akan sukses atau tidak sudah kelihatan di awal proses penilaian penerbit, penerbit menilai naskah itu paling besar adalah potensi pasar, keilmuannya, jika buku ajar sesuai dengan kurikulum, reputasi penulis hanya 10%. Jadi yang paling utama itu buku yang peluangnya besar.

Buku-buku yang memiliki ciri akan sukses dipasaran dapat dilihat dari:

1.      Tema populer, penulis populer

2.      Tema populer, penulis tidak populer

Untuk penulis pemula, pilihlah tema yang sangat populer sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk dapat menerbitkan buku yang laku di pasaran.

3.      Tema Tak populer, penulis populer

Buku bisa sukses karena penulisnya punya otoritas.

4.      Tema tak ppopuler, penulis tak populer

Jika tema tidak populer dan ditulis oleh penulis tidak populer, maka naskah itu kemungkinan besar ditolak oleh penerbit.

Reputasi penulis dapat dilihat dimana?

Jika dia seorang dosen dapat dilihat di Google Cendekia, disana akan kelihatan sudah punya berapa karya, berapa banyak karya disitasi oleh pembacanya.

Bagaimana kalau guru? Dilihat dari apakah pernah menulis buku, media sosial memiliki banyak pengikutnya atau tidak, track recordnya bagaimana, mengajar mata pelajaran apa, dll.

Berbicara proses penerbitan tidak bisa lepas dari jumlah cetak(oplah). Hal ini terbagi dalam empat KWARDAN KATEGORI NASKAH.

1.      Market sempit dan lifecycle panjang

Untuk buku di kuadran pertama yaitu buku-buku ilmu murni, buku tipe ini bisa dicetak menengah, buku yang marketnya sempit tapi lifecycle panjang. Buku tipe ini bisa dicetak menengah, buku ini akan laku hanya saja jangka panjang

2.      Market lebar dan lifecycle panjang

Ini jenis buku yang paling disukai penerbit karena akan laku selama-lamanya dan jangka panjang. Buku jenis ini misalnya ensiklopedi, tokoh dunia, kamus, komputer, dsb.

3.      Market lebar dan lifecycle sempit

Buku-buku yang marketnya lebar, buku-buku yang tergantung pada perkembangan teknologi, seperti buku komputer, informatika.

4.      Market sempit dan lifecycle pendek

Jangan menulis buku-buku yang market sempit dan lifecycle pendek seperti berita mingguan, dsb.

Penjelasan berikutnya tentang kelompok penulis:

1.      Penulis idealis

Penulis yang tidak pernah butuh duit, nggak pernah menanyakan royalti. Memilki prinsip yang tidak mau diberi masukan oleh penerbit tentang apa yang ditulisnya, misalnya tentang penggantian judul buku yang ditulisnya.

2.      Penulis industrialis

Penulis yang semata-mata tentang uang. Mudah diajak diskusi tentang judul buku, tentang pasar yang tepat dan judul yang tepat.



Sekarang kita lihat pembahasan beberapa hal yang ditanyakan peserta:

1.      Ketika sebuah buku telah diterbitkan, bagaimana jika diterbitkan di penerbit lain?

Kalau cetak ulang harus ada surat pengakhiran kontrak dengan penerbit lama, jika revisi total bisa dengan penerbit baru dengan kontrak baru

2.      Bagaimana peluang penulis pemula untuk dapat terus naik tangga kesuksesan?

Jangan putus asa, terus menulis, dan bergaul dengan penerbit sehingga tahu apa yang dimaui penerbit.

3.      Bagaimana nasib naskah yang tidak lolos dinilai penerbit?

Naskahnya akan tragis jika penulisnya putus asa, terus komunikasi dengan penerbit manapun agar ada solusi naskah itu tetap terbit

4.      Apakah setiap buku harus dicetak atau cukup pemasarannya secara e-book?

Saat ini dua-duanya, cetak dan e-book.



Kenali penerbit, terus menulis...menulis dan menulis hingga tulisan layak diterbitkan sesuai yang diinginkan penerbit, punya nilai jual yang mendatangkan keuntungan untuk penulis dan penerbit.

Koneksi Antar Materi 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

  COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK A.       Paradigma Berfikir Coaching 1.        Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada  co...