Langkah
Menulis Ilmiah
Menulis
adalah sebuah keterampilan, sehingga perlu dilatih. Banyak ragam jenis tulisan,
ada cerpen, puisi, novel, dan tulisan-tulisan ilmiah. Tulisan akan menjadi enak
dibaca ketika keterampilan menulis sudah terasah baik. Maka sudah semestinya
terus mengasah kemampuan menulis dengan terus menulis.
Belajar
menulis kali ini mengambil tema “Menulis di Media Cetak”
Materi
diberikan oleh narasumber bernama Dra. Rahmi Wilandai, M. Pd, pengajar mata
pelajaran ekonomi dari SMA Negeri 21 Surabaya.
Lahir di Surabaya, 1 januari 1965, dengan pendidikan terakhir adalah S2
Pendidikan Ekonomi.
Pengalaman
menulis ilmiah membawa Ibu Rahmi Wulandari meraih prestasi Juara LKTI hingga
tingkat nasional.
Memulai
terbiasa menulis dari hal-hal yang dialami seperti saat berangkat kerja,
hal-hal menarik yang terjadi dituliskannya secara garis besar dan ketika sampai
di rumah akan dikembangkanlah tulisan yang telah dibuat garis besarnya tadi.
Pesan
beliau, “Janganlah enggan untuk memulai menulis”
Membaca
di perpustakaan menjadi rutinitas Ibu Rahmi di waktu-waktu luangnya. Dengan membaca
selain karena suasana perpustakaan yang nyaman, beliau juga memperoleh inspirasi
untuk menulis.
Dalam
menulis KTI atau artikel dibutuhkan wawasan sehingga diperlukan untuk rajin
membaca baik membaca buku cetak maupun buku elektronik.
Jenis
penelitian, ada Penelitian Deskriftif, Penelitian Eksperimen(penelitian murni),
dan Penelitian Tindakan Kelas(PTK).
PTK
merupakan penelitian yang mudah bagi guru karena ditulis dari kejadian
sehari-hari saat mengajar. Jadi semua guru pasti bisa menulis PTK.
Mengikuti
lomba KTI (PTK) pertama kali diikuti beliau tahun 2013 tanpa target, hanya
mencari pengalaman. Di tahun tersebut sedang gencar-gencarnya workshop
penulisan PTK dan Karya Ilmiah, dan banyak guru yang penasaran bagaimana
menulis PTK.
Sebuah
keberhasilan harus disertai usaha, semangat serta kerja keras. Mulailah dengan
belajar disiplin diri menulis setiap hari. Kalau sudah terbiasa akan terasa
enak, dan kecanduan untuk selalu menulis dan menulis.
Meski
tema kali ini tentang Menulis di Media Cetak, namun pertanyaan seputar KTI dan
PTK lah yang banyak menjadi topik permbahasan.
1.
Penelitian deskriftif itu seperti apa?
Peneliti mampu
mengidentifikasi mengapa, apa dan bagaimana fenomena sosial. Banyak sekali
gejala sosial yang terkadang kita bisa memprediksinya.
2.
Jika PTK menggunakan media pembelajaran,
maka ada 3 variabel, dan harus ada lembar pengamatan penggunaan media.
3.
PTK minimal 2 siklus, 3 siklus lebih
baik.
4.
Hasil penelitian menggambarkan bagaimana
hasil penelitian dari siklus 1 – 3 disertai data tabel hasil penelitian.
5.
Ketika menyusun RPP satu semester,
rencanakan bab mana yang akan dibuat PTK, dan kira-kira siswa mengalami
kesulitan, pakai metode apa, model pembelajarannya bagaimana. Sehingga betul-betul dipersiapkan PTK nya.
6.
Abstrak idealnya ada bahasa Indonesia
dan ada yang bahasa Inggris. Dengan membuat PTK kita bisa mendapat: Jurnal
Ilmiah baik cetak atau online.
7.
PTK juga harus diseminarkan. Ada berita acara,
ada undangan dan lain-lain.
8.
Tentang penulisan artikel, bisa menulis
dari kejadian, peristiwa, atau gejala yang ada di sekitar kita sehari-hari. Ada
masalah, ada bahasan, ada solusi, dan kirim ke redaksi majalah atau surat
kabar. Dengan jumlah kata 500 sampai dengan 1000 kata.
9.
Semakin sering menulis artikel dan
semakin sering dimuat di Surat Kabar Regional atau nasional, maka semakin
banyak tabungan Publikasi Ilmiah yang dimiliki.
10.
Untuk merangkai kata-kata dalam PTK
perlu banyak membaca dan latihan.
11. Artikel
di jurnal adalah artikel ilmiah hasil penelitian dan non hasil penelitian. Artikel
untuk koran tau majalah adalah artikel ilmiah populer.
Menulis fiksi maupun non fiksi,
keduanya memerlukan latihan. Laihannya adalah sering menulis, banyak membaca.
Teruslah menulis...menulis...dan menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar