Minggu, 17 Mei 2020

Langkah Menulia Ilmiah


Langkah Menulis Ilmiah



Menulis adalah sebuah keterampilan, sehingga perlu dilatih. Banyak ragam jenis tulisan, ada cerpen, puisi, novel, dan tulisan-tulisan ilmiah. Tulisan akan menjadi enak dibaca ketika keterampilan menulis sudah terasah baik. Maka sudah semestinya terus mengasah kemampuan menulis dengan terus menulis.



Belajar menulis kali ini mengambil tema “Menulis di Media Cetak”

Materi diberikan oleh narasumber bernama Dra. Rahmi Wilandai, M. Pd, pengajar mata pelajaran ekonomi dari SMA Negeri 21 Surabaya.  Lahir di Surabaya, 1 januari 1965, dengan pendidikan terakhir adalah S2 Pendidikan Ekonomi.

Pengalaman menulis ilmiah membawa Ibu Rahmi Wulandari meraih prestasi Juara LKTI hingga tingkat nasional.

Memulai terbiasa menulis dari hal-hal yang dialami seperti saat berangkat kerja, hal-hal menarik yang terjadi dituliskannya secara garis besar dan ketika sampai di rumah akan dikembangkanlah tulisan yang telah dibuat garis besarnya tadi.

Pesan beliau, “Janganlah enggan untuk memulai menulis”

Membaca di perpustakaan menjadi rutinitas Ibu Rahmi di waktu-waktu luangnya. Dengan membaca selain karena suasana perpustakaan yang nyaman, beliau juga memperoleh inspirasi untuk menulis.

Dalam menulis KTI atau artikel dibutuhkan wawasan sehingga diperlukan untuk rajin membaca baik membaca buku cetak maupun buku elektronik.

Jenis penelitian, ada Penelitian Deskriftif, Penelitian Eksperimen(penelitian murni), dan Penelitian Tindakan Kelas(PTK).

PTK merupakan penelitian yang mudah bagi guru karena ditulis dari kejadian sehari-hari saat mengajar. Jadi semua guru pasti bisa menulis PTK.

Mengikuti lomba KTI (PTK) pertama kali diikuti beliau tahun 2013 tanpa target, hanya mencari pengalaman. Di tahun tersebut sedang gencar-gencarnya workshop penulisan PTK dan Karya Ilmiah, dan banyak guru yang penasaran bagaimana menulis PTK.

Sebuah keberhasilan harus disertai usaha, semangat serta kerja keras. Mulailah dengan belajar disiplin diri menulis setiap hari. Kalau sudah terbiasa akan terasa enak, dan kecanduan untuk selalu menulis dan menulis.

Meski tema kali ini tentang Menulis di Media Cetak, namun pertanyaan seputar KTI dan PTK lah yang banyak menjadi topik permbahasan.

1.      Penelitian deskriftif itu seperti apa?

Peneliti mampu mengidentifikasi mengapa, apa dan bagaimana fenomena sosial. Banyak sekali gejala sosial yang terkadang kita bisa memprediksinya.

2.      Jika PTK menggunakan media pembelajaran, maka ada 3 variabel, dan harus ada lembar pengamatan penggunaan media.

3.      PTK minimal 2 siklus, 3 siklus lebih baik.

4.      Hasil penelitian menggambarkan bagaimana hasil penelitian dari siklus 1 – 3 disertai data tabel hasil penelitian.

5.      Ketika menyusun RPP satu semester, rencanakan bab mana yang akan dibuat PTK, dan kira-kira siswa mengalami kesulitan, pakai metode apa, model pembelajarannya bagaimana. Sehingga betul-betul  dipersiapkan PTK nya.

6.      Abstrak idealnya ada bahasa Indonesia dan ada yang bahasa Inggris. Dengan membuat PTK kita bisa mendapat: Jurnal Ilmiah baik cetak atau online.

7.       PTK juga harus diseminarkan. Ada berita acara, ada undangan dan lain-lain.

8.      Tentang penulisan artikel, bisa menulis dari kejadian, peristiwa, atau gejala yang ada di sekitar kita sehari-hari. Ada masalah, ada bahasan, ada solusi, dan kirim ke redaksi majalah atau surat kabar. Dengan jumlah kata 500 sampai dengan 1000 kata.

9.      Semakin sering menulis artikel dan semakin sering dimuat di Surat Kabar Regional atau nasional, maka semakin banyak tabungan Publikasi Ilmiah yang dimiliki.

10.  Untuk merangkai kata-kata dalam PTK perlu banyak membaca dan latihan.



11.  Artikel di jurnal adalah artikel ilmiah hasil penelitian dan non hasil penelitian. Artikel untuk koran tau majalah adalah artikel ilmiah populer.



Menulis fiksi maupun non fiksi, keduanya memerlukan latihan. Laihannya adalah sering menulis, banyak membaca. Teruslah menulis...menulis...dan menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Koneksi Antar Materi 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

  COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK A.       Paradigma Berfikir Coaching 1.        Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada  co...