Menulis
Opini dan Hikmah
Menulis
memiliki beragam jenis, dari jenis tulisan ada fiksi dan non fiksi serta faksi,
dari jenis media ada media cetak dan media elektronik. Publikasi menulis dapat
dilakukan dengan mengirimkan tulisan di media baik media cetak maupun media
elektronik. Apa dan bagaimana menulis di media?
Tema
pada Belajar Menulis kali ini adalah “Pengalaman Menulis Opini dan Hikmah
Republika”
Narasumber
adalah Pendidik dan Pemerhati Karakter Guru. Asep Sapa’at, dengan latar
belakang pendidikan sarjana di bidang matematika dari Universitas Pendidikan
Indonesia. Dengan moto “Mengalirkan Kata Memahami Jiwa”
Yuk
kita simak pengalaman narasumber:
“Mengikat
Makna” istilah
yang dipopulerkan oleh almarhum Hernowo, yang memiliki arti segala hal yang berkaitan
dengan aktivitas menulis sebagai cara untuk memaknai hal-hal yang bisa kita
lihat, dengar, rasakan, renungi.
“Setiap orang memiliki hambatan menulis yang
berbeda-beda. Ada yang disebabkan kesulitan mengaalirkan gagasan, ada juga
karena faktor mood, ada pula yang disebabkan karena faktor penguasaan bahasa
serta keterampilan menulis. Namun hakikatnya, setiap diri kita bisa menulis
jika konsisten mau belajar. Hal yang paling mudah ditulis adalah sesuatu yang
dekat dengan diri kita.”
Diawali dengan menulis di buku harian menjadi cara
yang ampuh untuk membangun kepercayaan diri untuk menuangkan gagasan, sebelum
dapat dipublikasiakn tulisannya di media massa.
Berdasarkan kajian Bambang Trimansyah, sifat tulisan
terbagi menjadi 4 sifat, yaitu:
1. Pribadi
tertutup, yakni tulisan bersifat sangat pribadi dan cenderung dirahasiakan agar
tidak dibaca atau terbaca oleh orang lain. Tulisan ini biasanya berupa diari,
surat-surat pribadi ataupun catatan-catatan rahasia.
2. Pribadi
terbuka, yakni tulisan bersifat pribadi ataupun sangat pribadi, tetapi
dibiarkan ataupun disengaja untuk dibaca orang lain. Tulisan-tulisan di blog,
situs ataupun media sosial cenderung bersifat pribadi, sujektif, dan kadang
malah dibuat sesuka hati.
3. Publik
terbuka, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak, tetapi dalam
lingkup terbatas, misalnya lingkup komunitas, lingkup keagamaan ataupun lingkup
sesama teman yang saling kenal.
4.
Publik terbuka, yakni tulisan yang
ditujukan untuk konsumsi orang banyak secara terbuka dan luas meskipun menyasar
pada segmen pembaca tertentu. Tulisan ini bebas dibaca siapa pun yang berminat.
Opini merupakan jenis tulisan nonfiksi, ranah
jurnalistik, dan sifat tulisannya publik terbuka.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar
tulisan kita memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Fauzil Adhim tulisan akan
memiliki jiwa jika”
1. Saat penulis memiliki visi hidup(cita-cita dan
harapan),
2. Melibatkan
emosi saat menulis,
3. Luas
wawasannya (banyak membaca, berdiskusi, jalan-jalan)
4. Berbagi
pengalaman hidup nyata yang pernah dialami,
5. Menggunakan
nalar atau logika yang tepat,
6.
Tulisan sebagai hasil perenungan yang
mendalam tentang apapun yang akan dituls(kontemplasi)
Menggagas:
Berpikir dan Merencanakan:
1. Mengumpulkan
bahan referensi
2. Menentukan
pembaca sasaran
3. Mengembangkan
ide menjadi kerangka
Menyusun Draf
1. Menulis
bebas
2. Memasukkan
bahan yangb relevan dengan pengalaman diri, pengalaman orang lain, latar
belakang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki.
3. Memasukkan
data dan fakta.
4. Mengembangkan
gaya penulisan yang tepat sesuai pembaca sasaran.
Di luar masalah tenis, ada faktor non tenis seperti
disiplin menulis, tak pantang menyerah mengirimkan tulisan ke media meski
sering ditolak dan tak dimuat, juga tak berhenti belajar meningkatkan
keterampilan menulis.
Selain hal tersebut, faktor jalinan silaturahim
dengan para redaktur di media massa juga akan mendapatkan informasi dan masukan
dari para redaktur agar kualitas tulisan lebih baik dan potensial dimuat di
media cetak.
Selanjutnya, hal-hal yang dibahas di sesi tanya
jawab:
1. Bagaimana
mensiasati agar waktu menulis dan tema kita sesuai dengan momenyang tepat?
Kita
harus sensitif dengan momentum yang akan terjadi.
2. Apa
syarat agar tulisan diterima?
Syarat
utama adalah ide orisinal dan menarik, data, dan fakta yang disajikan sahih,
tata bahasa baik, dan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak.
3. Tulisan
yang pasti ditolak media adalah yang tidak mengikuti kaidah yang sudah
ditetapkan media. Misalnya sesuatu yang bersifat SARA, gagasan terlalu umum,
batas maksimal karakter tak diindahkan.
4. Setiap
media cetak punya kebijakan sendiri terkait standar tulisan yang akan mereka
terima.
5.
Mulailah dengan mempelajari
tulisan-tulisan opini yang dimuat di media, lalu coba buat tulisan. Hal penting
tulisan opini adalah tata bahasa baku dan pemilihan diksi yang bermakna lugas.
Pengalaman
adalah guru terbaik. Dengar dan baca pengalaman dari mereka yang telah sukses
berkecimpung di duna menulis menjadi bekal untuk selalu menulis hingga menemukan
jenis dan gaya penulisan sendiri.
Noted, resumenya keren
BalasHapusTerima kasih Bunda...
HapusAyo mulai menulis di media cetak
BalasHapusSedang belajar OmJay..
Hapus