Hikmah
Ditolak Penerbit Mayor
Aktivitas
menulis yang dilakukan konsisten akan menghasilkan tulisan yang akhirnya bisa
dikumpulkan menjadi sebuah buku dan diterbitkan. Menerbitkan buku di penerbit
mayor tentu harus dipahami kriteria yang diinginkan penerbit, tidak semua yang
kita tulis sudah sesuai dengan penerbit, bahkan banyak yang berakhir dengan
naskah yang ditolak penerbit mayor? Sedih? Tentu rasa itu yang dominan saat
kabar penolakan diterima? Menyerah? Atau mau lanjut dengan memperbaiki naskah? Semua
tentu tergantung pada diri penulis.
Sekarang
kita simak pengalaman OmJay dalam menyikapi hal seperti di atas.
Menulis
setiap hari sudah menjadi aktivitas guru kita ini. OmJay.... tentu bisa
dibayangkan berapa banyak tulisan yang telah dikoleksi beliau. Telah banyak
melahirkan buku-buku yang diterbitkan penerbit mayor. Namun apakah OmJay pernah
mengalami ditolak naskahnya di penerbit mayor?
Pengalaman
inilah yang akan beliau bagi kepada kita semua.
“Sedih
rasanya bila buku yang kita tulis ditolak oleh penerbit. Saya sendiri pernah
merasakannya. Makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Sakitnya tuh disini(sambil
mengelus dada),”kata OmJay diakhiri dengan tawa..hahhaha.
Lanjutnya
lagi...”Namun perlu anda ketahui, saya termasuk orang yang pantang menyerah. Ketika
naskah saya ditolak para penerbit mayor, saya tidak putus asa. Saya akan menerimanya
dengan lapang dada. Saya terima dengan senyuman meskipun terasa pahit.”
“Berkali-kali
gagal lekas bangkit lagi dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri lagi
jangan mengeluh. Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Kegagalan adalah awal
dari sukses yang tertunda. Gembirakan dirimu dengan terus belajar kepada
orang-orang yang telah sukses menerbitkan bukunya.”
“Saya
perbaiki tulisan saya. Kemudian saya baca kembali. Beberapa teman yang saya
percaya, saya minta memberikan masukan. Hasilnya buku saya menjadi lebih baik
dari sebelumnya dan lebih enak untuk dibaca. Sakit hati itu terasa terobati.”
“Saya
sangat berterima kasih kepada penerbit yang sudah menolak buku yang saya susun.
Dengan begitu buku yang saya susun menjadi layak jual. Coba kalau seandainya
naskah buku saya langsung diterima, pasti banyak yang tidak laku karena isinya
kurang menarik hati pembaca. Buku saya terbit tetapi tidak banyak pembelinya.”
“Saya
jadi banyak belajar semenjak buku ditolak penerbit mayor. Saya perbaiki dan
terus perbaiki sehingga naskah buku menjadi lebih enak dibaca. Butuh waktu lama
mengerjakannya. Saya pantang menyerah. Saya belajar dari penolakan. Saya pergi
ke toko buku dan membaca buku-buku best seller. Dari sanalah saya akhirnya tahu
rahasia buku mereka laris dibaca pembaca.”
Penuturan yang sangat berharga untuk
kita-kita OmJay. Semangat pantang menyerah dan terus belajar dari pengalaman
dan memperbaiki tulisan agar lebih baik dengan cara banyak membaca buku-buku
yang best seller.
Pada
sesi tanya jawab tentu seputar menerbitkan buku di penerbit mayor, diantaranya
seperti berikut:
1.
Apa dasar penerbit menolak tulisan kita?
Karena tulisan kita
tidak sesuai standar penerbit, dan biasanya calon penulis baru begitu sangat
menggebu dan sangat yakin bukunya akan laku.
2.
Bagaimana cara menerbitkan buku dari hasil
resume?
Segera kumpulkan
dari pertemuan pertama sampai akhir, gabung dalam satu file, kemudian lihat
buku-buku yang sudah diterbitkan penerbit, kemudian tawarkan ke penerbit.
3.
Hal-hal apa yang harus kita perhatikan untuk
membuat buku/tulisan yang lebih menarik untuk pembaca kategori remaja?
Banyak membaca dan tidak
pelit beli buku.
Banyak hikmah yang bisa diambil dari
suatu proses, tak terkecuali dalam dunia menulis dan menerbitkan buku. Belajar dari
pengalaman diri sendiri maupun orang lain tentu akan sangat bermanfaat bagi
kita. Ambil hikmah dari pengalaman...buat perbaikan...songsong masa depan
dengan tulisan yang lebih baik dan enak dibaca.
Persiapkan nadkah buju dgn baik agar tdk ditolak penerbit
BalasHapusBelum berani ke penerbit Mayor....
BalasHapusSemoga ke depan bisa mengikuti jejak OmJay