Minggu, 10 Mei 2020

Puasa Bersama Bapak_part5


Pak Andi yang tak lain adalah ayah Dul tengah duduk santai di beranda rumah ketika Dul dan Rian hendak mencarinya. Bangku panjang terbuat dari kayu jati di sana memang sangat nyaman disinggahi di kala sedang bersantai. Semilir angin membuat suasana makin sejuk hingga mengantar Dul sering tertidur siang di sana. Kedua bocah itu mendekati dan duduk di bangku yang lain di seberang bangku yang diduduki Pak Andi.

“Pak.....Dul sama Rian boleh tanya sesuatu?”ragu terdengar dari suara lirihnya.

“Sini...kalian dekat Bapak,”yang ditanya justru meminta keduanya mendekat.

“Kok tumben kalian sudah di rumah?”diperhatikannya mereka berdua penuh selidik.

Memang tidak biasanya Dul dan Rian bermain di dalam rumah, mereka terbiasa menghabiskan waktu bermain bersama teman-temannya di sungai atau di halaman masjid. Tak heran jika keberadaan mereka di rumah jadi tanda tanya untuk ayah Dul.

Keduanya hanya tertawa mendengar pertanyaan itu. Saling pandang diantara keduanya untuk siapa yang akan mengatakan apa yang mereka inginkan.

“Hmmmm Pak.....Rian mau tanya tentang gambar di buku ini,”kembali Dul dengan gemetar berkata.

Ia menunjuk album lama yang berada di tangan Rian. Terlihat wajah ayah Dul berkerut pertanda ia sedang mengingat sesuatu. Diraihnya album itu dari tangan Rian. Satu per satu kembali ia membuka dan memperhatikan gambar-gambar yang ada di dalamnya.

“Rian.... mungkin sudah saatnya Pakdhe membuka semua ini,”Andi membuka halaman yang berisi gambar yang hendak Rian ketahui.

“Panggilkan Budhe mu sana,”Andi meminta Rian memanggil Ibunya Dul.

“Ada apa Pak...kok tumben kumpul-kumpul di sini,”Ani yang belum mengetahui maksud suaminya bertanya-tanya.

Andi menunjukkan gambar dalam foto yang dipegangnya. Ani terlihat menarik nafas nya lebih dalam. Ada rasa yang sulit untuk diterjemahkan oleh Dul dan Rian melihat kedua orangtua di depan mereka.

“Ini adalah Suci.....,”Ani menunjuk gambar wanita diantara Hasan dan Mbah Putri.

“Dia adalah ibumu Rian....,”kalimat yang menggantung seolah masih ada hal yang hendak Budhe Ani sampaikan pada Rian.

Rian masih terdiam memperhatikan gambar itu. Entah kenapa ia sama sekali tak mengingat wajahnya jika memang ia adalah ibunya.

“Mengapa Rian tidak bisa mengingatnya Budhe?”

“Kamu dibawa Hasan ke rumah Mbah Putri semenjak belum genap satu tahun,”Budhe Ani melanjutkan ceritanya.

Sepenggal cerita itu menambah Rian makin tak memahami apa yang terjadi saat ia masih kecil.

“Hasan....Bapakmu itu orang yang baik, dia dulu menjadi teladan bagi remaja di sini, banyak gadis-gadis teman Budhe yang mengangumi Bapakmu itu,”Ani seolah kembali mengingat masa remajanya.

Ia dan Hasan memang seusia, mereka saudara sepupu. Maka tak heran jika ia sangat mengenal sosok yang biasa Rain panggil Bapak itu. Perhatian Budhe Ani pun sangat besar kepada mereka berdua. Ia selalu memastikan keduanya memiliki makanan dan Rian tidak merasa kesepian.

“Kamu masih ingat kapan Bapak tidak mau bicara?”Andi bertanya pada Rian yang tenggelam dengan lamunannya.

“Semenjak Mbah Putri meninggal Pakdhe”

Meski sebelum itu Hasan pun tak bisa diajak komunikasi dengan baik oleh orang-orang di sekitarnya, namun Rian masih bisa mendengar suara Bapaknya. Ia akan berteriak keras dengan tiba-tiba, dan mengurung diri di kamar sambil terus menangis. Rian akan menjauh dari Bapak saat seperti itu, berlari ke rumah Budhe Ani dan ia akan menangis mengadukan kondisi bapaknya.

Mbah Putri akan membujuk Bapak hingga ia membuka pintu kamar dan terlihat sangat kelelahan. Dan pasti ia akan mencari Rian kembali, digendongnya ia pulang. Rian masih ingat ucapan Bapak saat menggendongnya, “maafkan Bapak ya, Bapak sayang Rian”. Selalu itu yang Bapak katakan padanya. Sikap Bapak yang selalu berubah membuat Rian kadang ketakutan, namun ia tetap menunggu Bapak menjemputnya dari rumah Budhe Ani.

5 komentar:

  1. Sepertinya saya harus baca part.1.dan seterusnya nih

    BalasHapus
  2. Waah...lanjutan ceritanya bikin penasaran saja Bunda...

    BalasHapus
  3. Ngisi waktu saat menjelang masak....pendek2 saja ceritanya...

    BalasHapus
  4. KISAH INSPIRATIF YG MENYENTUH HATI

    BalasHapus

Koneksi Antar Materi 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

  COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK A.       Paradigma Berfikir Coaching 1.        Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada  co...