Selasa, 28 April 2020

Desain Pembelajaran Modern


Bagaimana Merancang Desain Pembelajaran Modern?



Sebagai pendidik, desain pembelajaran adalah hal wajib yang harus dibuat sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bagaimana seorang guru akan membawa anak didiknya dalam memperoleh pengetahuan tergantung pada desain pembelajaran yang dimotorinya.  Perkembangan teknologi telah merambah ke segala lini kehidupan, demikian pula pada dunia pendidikan, sehingga menuntut seorang guru harus menguasai dan menerapkan teknologi dalam pembelajarannya. Desain pembelajaran yang dirancang pun tak lepas dari keterlibatan teknologi untuk membuat pembelajaran yang efektif.

Di tengah kejadian luar biasa saat ini yakni terjadinya Pandemi Virus Covid-19, sehingga semua aktivitas belajar mengajar dilakukan jarak jauh di rumah masing-masing diperlukan rancangan desain pembelajaran menggunakan komputer dan dapat diakses dengan gawai (handphone).

Hal itulah yang mendasari materi yang diberikan pada kegiatan kuliah di WA Group pada hari Selasa tanggal 28 April 2020. Materi dengan tema “Merancang Pembelajaran Modern” diberikan oleh narasumber Dr. Paidi, S. Pd., M. Pd. Lahir di Bantul, 01 Januari 1971. Beliau saat ini menjabat sebagai Kepala SMKN 4 Kota Bengkulu dan Ketua MKKS SMK Kota Bengkulu serta Ketua MKKS SMK Provinsi Bengkulu. Menempuh Pendidikan S1 di IKIP Padang, S2 di Universitas Bengkulu, dan S3 di UNJ dengan Prodi Teknologi Pendidikan.



Moderator pertemuan kali ini langsung dibawakan oleh OmJay karena Mr. Bams sedang tidak bisa dihubungi.

Dimulai dengan salam dan perkenalan, dilanjutkan penyampaian materi tentang cara mendesain buku pembelajaran.

Teknik dan pendekatan yang digunakan oleh narasumber mengacu dari Prof. Atwi Suparman (mantan rektor UT) dan Dick & Carrey.

Proses perancangan Desain Pembelajaran terdiri dari  langkah-langkah sebagai berikut:

  1.Mendapatkan data dan informasi guna mendapatkan masukan dari siswa/pengguna atas materi-materi yang dianggap sulit atau perlu dipelajari lebih lanjut.

 2. Berdasarkan data, selanjutnya perlu membuat identifikasi kebutuhan peserta didik terhadap mata pelajaran/bahan yang akan dirancang.

 3. Langkah ketiga adalah mulai membuat analisis instruksional/pembelajaran yang akan dirancang.

 4.Seorang perancang perlu mendapatkan gambaran karakteristik peserta didik yang akan menjadi target atau pemakai buku yang dirancang..

   5.Membuat rumusan tujuan instruksional khusus

(istilah instruksional khusus berdasarkan sumber asli yang dikarang oleh Dick&Carrey yautu instructional)

  6.Melakukan penyusunan TES
7. Membuat perencanaan strategi instruksional/pembelajaran yang akan digunakan (dalam hal ini narasumber merancang pembelajaran blended learning)

8.      Mengembangkan dan memilih bahan instruksional.

Bahan pembelajaran yang dirancang dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan tercetak dan bahan online. Dalam hal perancangan bahan pembelajaran (buku) dapat digunakan teori Rothwel dan untuk bahan online bisa menggunakan teori Hannafin.

9.      Setelah draft tersedia langkah selanjutnya evaluasi formatif sebagai berikut: a. One-to-expert dengan melibatkan 4 orang pakar (pakar Desain, pakar Media, pakar Mteri, pakar Bahasa); b. One-to-one leaner (melibatkan 3 orang siswa yang berasal dari siswa peringkat atas, menengah, dan bawah); c. Evaluasi small group (melibatkan sekitar 9 siswa berasal dari kelompok menengah dan bawah); d. Field trial yaitu tahap uji coba luas dengan melibatkan sekitar 30 siswa dari kelompok atas, menengah, dan bawah. Setiap tahapan ini dinamakan prototipe bahan pembelajaran.


10.  Langkah terakhir adalah Evaluasi Sumatif, sifatnya tidak harus dilakukan dalam proses desain pembelajaran karena harus dilakukan oleh pihak lain.

Sedangkan untuk buku pembelajaran yang diirancang untuk keperluan penerbit biasanya pihak  penerbit sudah mempunyai format/standar tertentu, sehingga jika penulisnya  ingin memasukkan buku agar bisa diterbitkan oleh penerbit maka format yang digunakan harus mengacu kepada format yang digunakan oleh penerbit.


Beberapa hal yang dibahas pada sesi tanya jawan diantaranya:

1.      Bagaimana cara praktis mendesain pembelajaran seperti di SMK di tempat narasumber?

Menggunakan konsep blended learning dengan menggabungkan antara pembelajaran di classroom  dengan online. Praktisnya mengikuti alur yang sudah dijelaskan.

2.      Aplikasi e-learning apa yang digunakan narasumber?

Software yang pernah digunakan menggunakan moodle, murah meriah karena sifatnya open source.

3.      Apakah langkah-langkah mendesain cara mengembangkan sama dengan model Dick and Carry?

Bisa mengkombinasikan dengan teori/model lain pada langkah 8 selagi sesuai dengan karakteristik bahan pembelajaran.

4.      Apakah rancangan pembelajaran seperti ini bisa untuk jenjang SD yang mengajar seluruh materi pelajaran?

Pada prinsipnya Desain pembelajaran itu bisa untuk semua mata pelajaran, yang membedakan terletak pada isi pelajarannya.

Dari materi yang telah dijelaskan narasumber di atas, dapat memberikan ilmu yang sangat penting dalam mendesain pembelajaran sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini. Menjadi salah satu rujukan ketika kita akan merancang desain pembelajaran dengan contoh yang telah diberikan oleh narasumber dan telah diterapkan di tempat sekolah tempat beliau bekerja.  


3 komentar:

Koneksi Antar Materi 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

  COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK A.       Paradigma Berfikir Coaching 1.        Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada  co...