Senin, 20 April 2020


Tidak Hanya Cepat....Harus Tepat



            Ada pepatah lama berbunyi: “Biar lambat asal selamat.” Tidak semua kondisi cocok dengan slogan tersebut. Di era digital sekarang justru segala sesuatu harus dilakukan dengancepat, “Lambat akan Terhambat” Maka kata “Cepat dan Tepat” lah kata sesuai untuk era revolusi industri kini. Demikian juga dengan budaya menulis, tak jauh berbeda sehingga sangat pas jika kita mengikuti pembelajaran online dengan tema: “Menulis Cepat dan Tepat di Media Daring dan Luring.”

Materi akan disampaikan oleh beliau Bapak Catur Nurochman Oktavian, Ketua Departemen Litbang PB PGRI. Redaktur pelaksana Majalah Suara Guru sejak Jan 2019. Guru SMP yang hobi menulis sejal 1999. Pendidikan S1 di UNS, S2 di UPI Bandung



            Pertemuan dimulai dengan pembukaan oleh Mr. Bams dan dilanjut dengan narasumber memperkenalkan diri dan bercerita awal beliau menulis di tahun 1999 dan menerbitkan buku pertama tahun 2003, hingga sekarang terus aktif menulis.

“Pertama kita harus kalahkan dulu dua musuh utama dalam menulis”

Apa itu?.......

Rasa takut dan malas. Dua musuh yang harus kita kalahkan agar dapat memulai menulis cepat dan tepat di media massa luring atau daring.

(Membaca ini saya langsung teringat musuh-musuh tadi yang selalu setia menemani hari-hari saya, bersiap-siaplah aku akan mengalahkanmu)

“Takut tulisannya jelek, takut dicela, takut tulisannya sudah basi, dan takut-takut lainnya. Ini akan menghambat kita memulai sebuah tulisan.” Lanjut beliau.

“Seorang penulis yang baik biasanya adalah pengamat dan pencatat yang baik. Karena terbiasa mencatat apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, kemudian dituangkan menjadi sebuah tulisan, maka seorang penulis akan menulis meski tidak membawa alat perekam, alat tulis, maupun laptop.” Mencatat di benaknya, dapat dilakukan dimana saja.

“Seorang penulis yang baik tidak membutuhkan “mood” Tidak ada alasan tidak menulis, karena tidak ada mood. Hal ini diperjelas dengan contoh ketika seseorang bekerja menghasilkan tulisan seperti wartawan, kolumnis, dan redaktur majalah. Jika mereka mengandalkan mood, tentu karirnya berakhir bersama mood yang hilang.

Menulislah dengan simpel dan apa adanya.” Menulis hal yang aktual dan sesuai dengan gaya selingkung media yang akan dituju menjadi kunci sebuah tulisan diterbitkan.

Inilah cara menulis yang dipakai oleh seorang penulus fiksi ilmiah yang memiliki reputasi bagus yakni Isaac Asimov. “simpel dan apa adanya”.

Setiap orang yang mampu mengerjakan sesuatu dengan baik, maka ia dapat melakukan lebih cepat dibandingkan orang yang tidak bekerja secara baik.

“Menulis adalah sebuah kecakapan atau keterampilan, bila dikuasai secara detail pengerjaan tulis menulis, maka kecakapan itu akan berbanding lurus dengan kecepatan pengerjaan”.

“Bagaimana caranya menemukan gaya atau menjadi diri sendiri ketika menulis?”

(Menarik nih.......berhenti sejenak dan membayangkan diri sendiri....)

Jawabannya adalah........

“Tentu dengan perbanyak menulis dan membaca untuk mempelajari gaya tulisan orang lain atau copy the master.” Jangan paksakan diri dengan menulis sesuatu yang berlebihan di luar gaya Anda.”Mulailah menulis dari sesuatu yang Anda suka, tuturkan segala yang ada secara sederhana dengan cara Anda.”

“Menulis itu untuk dibaca. Oleh karena itu, pesan dalam tulisan harus jelas dapat dipahami oleh pembaca, dengan kalimat simpel.”

“Jika ingin tulisan dimuat di media, maka perlu diketahui informasi tentang gaya selingkungnya.”

Gaya selingkung itu apa ya?

Gaya selingkung adalah gaya, batasan, sesuai jati diri, penciri media itu.

Setiap media memiliki gaya selingkung masing-masing sesuai kebijakan redaksinya. Misalnya tentang jumlah kata dalam artikel, aturan penulisannya, dan rubrik apa saja yang tersedia di media itu.

Faktor apa saja sih yang menjadi penyebab tulisan  ditolak redaksi?

Banyak faktornya...... mungkin tulisan tidak aktual, atau space dalam edisi penerbitan sudah penuh.

“Menulislah seperti berbicara, tidak ada keinginan untuk menggelembungkan kata atau kalimat dengan bahasa yang berlebihan, dengan bahasa yang mudah dipahami. Menulislah dengan kalimat yang tidak panjang-panjang.”

Bagaimana agar tulisan tetap nyambung dan konsisten dengan tujuan awal ?

“Agar tetap konsisten maka kita dapat membaca tulisan- tulisan orang lain yang sejenis atau dari buku bacaan sebagai referensi. Sehingga ada ide-ide yang bisa kita gali lebih lanjut. Yang jelas dilarang keras plagiat.” Tapi kalau mengembangkan ide-ide dari orang lain, sah-sah saja.

            Masih banyak pertanyaan yang menarik dari peserta dan dijawab dengan sangat gamblang. Dan tentu setiap orang punya gaya masing-masing dalam menulis, motivasi yang tidak sama tentang menulis, tapi yang jelas terus menulis.....

Lebih baik membuat tulisan yang buruk sehingga dapat diperbaiki, daripada tidak menghasilkan sebuah tulisan”

            (Catur Nurrochman O)

Jangan Menunggu Ide Datang Baru Menulis, Menulislah Dulu Maka Ide akan Datang Padamu.”

(Budiman Hakim)

4 komentar:

Koneksi Antar Materi 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

  COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK A.       Paradigma Berfikir Coaching 1.        Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada  co...