Tidak
Hanya Cepat....Harus Tepat
Ada pepatah lama berbunyi: “Biar
lambat asal selamat.” Tidak semua kondisi cocok dengan slogan tersebut. Di era
digital sekarang justru segala sesuatu harus dilakukan dengancepat, “Lambat
akan Terhambat” Maka kata “Cepat dan Tepat” lah kata sesuai untuk era revolusi
industri kini. Demikian juga dengan budaya menulis, tak jauh berbeda sehingga
sangat pas jika kita mengikuti pembelajaran online dengan tema: “Menulis Cepat
dan Tepat di Media Daring dan Luring.”
Materi
akan disampaikan oleh beliau Bapak Catur Nurochman Oktavian, Ketua Departemen
Litbang PB PGRI. Redaktur pelaksana Majalah Suara Guru sejak Jan 2019. Guru SMP
yang hobi menulis sejal 1999. Pendidikan S1 di UNS, S2 di UPI Bandung
Pertemuan dimulai dengan pembukaan
oleh Mr. Bams dan dilanjut dengan narasumber memperkenalkan diri dan bercerita
awal beliau menulis di tahun 1999 dan menerbitkan buku pertama tahun 2003,
hingga sekarang terus aktif menulis.
“Pertama
kita harus kalahkan dulu dua musuh utama dalam menulis”
Apa
itu?.......
Rasa
takut dan malas. Dua musuh yang harus kita kalahkan agar dapat memulai menulis
cepat dan tepat di media massa luring atau daring.
(Membaca ini saya langsung teringat
musuh-musuh tadi yang selalu setia menemani hari-hari saya, bersiap-siaplah aku
akan mengalahkanmu)
“Takut
tulisannya jelek, takut dicela, takut tulisannya sudah basi, dan takut-takut
lainnya. Ini akan menghambat kita memulai sebuah tulisan.” Lanjut beliau.
“Seorang
penulis yang baik biasanya adalah pengamat dan pencatat yang baik. Karena
terbiasa mencatat apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, kemudian
dituangkan menjadi sebuah tulisan, maka seorang penulis akan menulis meski
tidak membawa alat perekam, alat tulis, maupun laptop.” Mencatat di benaknya,
dapat dilakukan dimana saja.
“Seorang
penulis yang baik tidak membutuhkan “mood”
Tidak ada alasan tidak menulis, karena tidak ada mood. Hal ini diperjelas
dengan contoh ketika seseorang bekerja menghasilkan tulisan seperti wartawan,
kolumnis, dan redaktur majalah. Jika mereka mengandalkan mood, tentu karirnya
berakhir bersama mood yang hilang.
“Menulislah
dengan simpel dan apa adanya.” Menulis hal yang aktual dan sesuai dengan
gaya selingkung media yang akan dituju menjadi kunci sebuah tulisan
diterbitkan.
Inilah
cara menulis yang dipakai oleh seorang penulus fiksi ilmiah yang memiliki
reputasi bagus yakni Isaac Asimov.
“simpel dan apa adanya”.
Setiap
orang yang mampu mengerjakan sesuatu dengan baik, maka ia dapat melakukan lebih
cepat dibandingkan orang yang tidak bekerja secara baik.
“Menulis
adalah sebuah kecakapan atau keterampilan, bila dikuasai secara detail
pengerjaan tulis menulis, maka kecakapan itu akan berbanding lurus dengan
kecepatan pengerjaan”.
“Bagaimana
caranya menemukan gaya atau menjadi diri sendiri ketika menulis?”
(Menarik nih.......berhenti sejenak
dan membayangkan diri sendiri....)
Jawabannya
adalah........
“Tentu
dengan perbanyak menulis dan membaca untuk mempelajari gaya tulisan orang lain
atau copy the master.” Jangan
paksakan diri dengan menulis sesuatu yang berlebihan di luar gaya Anda.” “Mulailah menulis dari sesuatu yang
Anda suka, tuturkan segala yang ada secara sederhana dengan cara Anda.”
“Menulis
itu untuk dibaca. Oleh karena itu, pesan dalam tulisan harus jelas dapat
dipahami oleh pembaca, dengan kalimat simpel.”
“Jika
ingin tulisan dimuat di media, maka perlu diketahui informasi tentang gaya
selingkungnya.”
Gaya
selingkung itu apa ya?
Gaya
selingkung adalah gaya, batasan, sesuai jati diri, penciri media itu.
Setiap
media memiliki gaya selingkung masing-masing sesuai kebijakan redaksinya.
Misalnya tentang jumlah kata dalam artikel, aturan penulisannya, dan rubrik apa
saja yang tersedia di media itu.
Faktor apa saja sih yang menjadi
penyebab tulisan ditolak redaksi?
Banyak
faktornya...... mungkin tulisan tidak aktual, atau space dalam edisi penerbitan
sudah penuh.
“Menulislah
seperti berbicara, tidak ada keinginan untuk menggelembungkan kata atau kalimat
dengan bahasa yang berlebihan, dengan bahasa yang mudah dipahami. Menulislah
dengan kalimat yang tidak panjang-panjang.”
Bagaimana agar tulisan tetap
nyambung dan konsisten dengan tujuan awal ?
“Agar
tetap konsisten maka kita dapat membaca tulisan- tulisan orang lain yang
sejenis atau dari buku bacaan sebagai referensi. Sehingga ada ide-ide yang bisa
kita gali lebih lanjut. Yang jelas
dilarang keras plagiat.” Tapi kalau mengembangkan ide-ide dari orang lain,
sah-sah saja.
Masih banyak pertanyaan yang menarik
dari peserta dan dijawab dengan sangat gamblang. Dan tentu setiap orang punya
gaya masing-masing dalam menulis, motivasi yang tidak sama tentang menulis,
tapi yang jelas terus menulis.....
Lebih
baik membuat tulisan yang buruk sehingga dapat diperbaiki, daripada tidak
menghasilkan sebuah tulisan”
(Catur Nurrochman O)
Jangan
Menunggu Ide Datang Baru Menulis, Menulislah Dulu Maka Ide akan Datang Padamu.”
(Budiman Hakim)
Kapan saja dimana saja semua org bisa menulis
BalasHapusSiap OmJay
HapusSaya suka resumeya Padat berisi
BalasHapusKerenn buu
BalasHapus