Sabtu, 02 Mei 2020

Puasa Bersama Bapak_part3

Rasa kantuk tak bisa ditahannya hingga Rian tertidur sesaat setelah masuk kamar. kamar yang juga menjadi satu dengan kamar Bapak itu memiliki dua buah dipan dengan kasur yang sudah tidak terasa ada kapas di dalamnya. beralaskan kain batik panjang yang telah pudar warisan dari neneknya. Tak terlihat rasa tak nyaman meski dipan itu kadang berderit saat Rian menggeliatkan tubuhnya. 

"Cah bagus.... duduk sini dekat simbah.,"suara lembut itu membawa langkah Rian segera mendekat ke arah simbah putri yang begitu mengasihi dirinya. "Mbah Putri kok lama nggak pulang Mbah?" Rian bertanya sambil merebahkan kepala di pangkuan sang nenek yang telah lama tak ditemui. tak ada cerita dari tutur neneknya seperti saat Rian masih balita. Hanya tatapan teduh yang membuat Rian tak mau beranjak dari dekat Mbah Putri. "Kenapa Mbah Putri tak seperti biasanya,"batin Rian.
"Pulanglah Nak....titip Bapak, jaga Bapakmu ya Cah Bagus...,"tutur Mbah Putri hingga tak lagi ia terlihat dari pandangan Rian.
"Mbah....tunggu Rian.....Mbah....Mbah....,"Rian terus memanggil meski tak surut langkah sang nenek meninggalkannya. Rian berlari mengejar nenek di padang berkabut tak tentu arah.
Harun terjaga mendengar Rian berteriak dalam tidurnya. Didekatinya tubuh sang putra, ia mencoba membangunkan Rian. 

Rian terjaga dari tidurnya ketika tangan bapak menggoyang-goyangkan tubuhnya. Rasa lelah terlihat dari wajah dan peluh yang membasahi tubuhnya. ia duduk di tepi dipan dengan nafas yang masih tak teratur. Bapak membawakan gelas berisi air putih dan segera ia menghabiskan isi gelas itu. Dilihatnya jam di dinding yang telah menunjukkan pukul 03.00 pagi, ia bergegas menuju dapur untuk menghangatkan menu makan sahurnya bersama Bapak. 
"Ini untuk Bapak,"Rian mengembalikan sebutir telur yang diletakkan Bapaknya di piringnya. Namun Bapak kembali memberikan sebutir telur itu ke piring Rian. "Bapak hanya menggelengkan kepalanya tanda ia ingin telur itu untuk putranya. "Terima kasih ya Pak...oh iya Rian kan sedang masa pertumbuhan, jadi Bapak kasih telurnya buat Rian ya,"Rian terus mengajak Bapaknya bercakap-cakap sambil menunggu adzan subuh dan mereka berdua menuju tempat ibadah mereka. 

"Tadi Rian bertemu Mbah Putri,"Rian bertutur sambil melihar wajah Bapak. Meski Bapak tak menjawab namun terlihat ia berpikir, tak lagi wajah datar yang ditampakannya. Secercah harapan membuat Rian terus bercerita tentang mimpi yang membuat ia gelisah dalam tidur dan dibangunkan Bapak. Selesai shalat Rian mengajak Bapak menikmati udara pagi di dekat sungai.
"Untung saja Bapak segera membangunkaku, Rian capek mencari Mbah Putri nggak ketemu-ketemu, pasti kalau Bapak ada di dekat Rian..Mbah Putri nggak pergi,"dengan semangat ia bercerita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Koneksi Antar Materi 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

  COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK A.       Paradigma Berfikir Coaching 1.        Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada  co...