Selasa, 05 Mei 2020

Tak Ada Alasan Untuk Tidak Menulis


Tak Ada Alasan Untuk Tidak Menulis

Berkomitmen untuk menulis setiap hari akan berhasil bergantung pada diri sendiri. Mudah saja kita mengatakan:”Hari ini sedang sangat sibuk atau nggak sempat nulis nih banyak acara”. Semua hal yang kita jadikan alasan untuk tidak menulis itu akan terus hadir ketika kita tidak berani mengalahkan diri sendiri. Akan ada “pembenaran” dari semua kealpaan dari menulis di keseharian kita.


Maka tepatlah kalau kali ini, tanggal 05 Mei 2020 di Grup Belajar Menulis yang dimotori oleh OmJay mengambil tema; “Menulis dalam Kesibukan”.

Narasumber kali ini adalah seorang dosen dari kota Surabaya, beliau juga seorang penulis yang sudah menggeluti dunia tulis menulis semenjak tahun 1986/1987. Tentu tidak diragukan lagi kualitas tulisan dari penulis yang telah membuktikan eksistensinya puluhan tahun ini.Bapak yang bernama Much. Khoiri dengan panggilan Bapak Emcho lahir di Madiun, 24 Maret 1965. Alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer Institute in American Studies di Chinese University of Hongkong (1996). Seorang trainer pelatihan motivasi dan literasi. Dengan karya-karya yang telah banyak dimuat di media cetak, jurnal, dan online baik dalam dan luar negeri.

Beliau membuka pertemuan melaluin rekaman suara, dimulai dengan judul “Sopo Ora Sibuk”(Siapa Tidak Sibuk), “Menulis dalam Kesibukan”

“Semua orang itu sibuk dengan urusannya masing-masing, dari orang biasa sampai orang yang punya jabatan tidak orang yang tidak sibuk, bahkan orang yang main-main pun sibuk dengan mainannya.” Teman beliau bernama Ahmad Rifa’i Rif’an bahkan menulis buku yang menggambarkan ironi situasi dimana manusia yang seharusnya mengingat Tuhan, buku dengan judul “Tuhan Maaf, Kami Sedang Sibuk.”

“Kita manusia adalah subyek, jika tidak diikuti dengan kata kerja subjek hanyalah entitas yang mati, tanpa makna kontekstual, pada hakikatnya orang hidup itu pasti memiliki kesibukan, tapi apakah jika kesibukan dijadikan alasan untuk tidak berkarya?”

Dalam hukum alam dibalik kesibukan itu pasti ada kesempatan, tinggal bagaimana kita memenej kesibukan. Jika sikap kita positif pasti akan menghasilkan aksi positif, kalau sikap kita negatif pasti menghasilan aksi negatif atau bahkan tidak menghasilkan apa-apa. Kita tidak boleh menyerah dengan kesibukan, kita akan melakukan kegiatan menulis bahkan kita akan memiliki kekuatan yang baik diri kita sendiri dan menikmati kesibukan.

Ingatlah “Penulis sejati akan mencurahkan daya dan pikirannya untuk menghasilkan tulisan, andaikata  ia tidak edang menulis pasti ia sedang memikirkan tentang hal apa yang ia hendak tulis. Ada waktu istimewa yang dipilihnya, yang paling nyaman, untuk larut dalam menulis. Ia tidak akan membiarkan hari pun tanpa menulis. Menulis sama wajibnya dengan membaca.”

Mengapa harus Menulis?

When you speak your words echo only across the room, or down the hall. But when you write, you echo down the ages.” (Bud Gardner)

Memiliki makna sederhananya begini: Apa yang kita angankan akan lenyap, apa yang kita katakan akan musnah, apa yang kita lakukan akan tak tersisa-kecuali ditulis. Ia akan abadi dan menyejarah. (mk)

Ungkapan magis dari Pramoedya Ananta:

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Sastrawan Budi Darma juga mengatakan:

“Begitu seorang pengarang mati, tugasnya sebagai pengarang tidak dapat diambil alih orang lain. Sebaliknya, jika dekan, camat  dan mantri polisi mati, dalam waktu singkat akan ada orang yang dapat dan mampu menggantikannya.”

Apa yang harus dilakukan agar dapat “Menulis Dalam Kesibukan?”

Mendidik Diri Menulis

Kita tidak hanya mampu mendidik siswa, namun juga harus bisa mendidik diri sendiri. Mendidik menulis bukan hanya membuat diri kompeten di bidang menulis, melainkan juga berani menegakkan prinsip “reward and punishment”. Memberikan hukuman terhadap diri sendiri ketika tidak menulis, dan memberikan hadiah untuk diri pribadi ketika melampaui target menulis.

Menulis Itu Berkomunikasi

Menulis itu berkomunikasi bukan hanya berekspresi,kalau hanya berekspresi itu sesuka kita, kalau menulis itu berkomunikasi maka kita berhadapan dengan pembaca. Jadi ada sesuatu yang disampaikan kepada pembaca. Kita dan pembaca harus dibayangkan seakan berada dalam satu forum, sehingga titik pandang seperti kata saya, Anda,  Saudara, dst.

Materi tulisan harus yang dibutuhkan pembaca, tulisan juga harus enak diikuti, diatur sedemikian rupa supaya hubungan kalimat dalam paragraf, hubungan antar paragraf, dan seterusnya supaya pembaca tertarik dan mengikuti sampai tuntas. Bahasa yang digunakan sesuai jenis tulisan apakah ilmiah, semi ilmiah, populer menyesuaikan jenis tulisan. Bahasa yang enak diikuti sehingga pesannya sampai kepada pembaca.

Berikut ada strategi jitu untuk “Menulis Dalam Kesibukan”,

1.      Tetapkan niat menulis

Apa yang membuat niat kuat untuk menulis. Niat dan keyakinan akan menjadi daya dorong sebelum bangkit, dan menjadi daya tahan ketika ada godaan. Niat dibagi dua, ada yang umum, sulit diraba(abstrak, filosofis) misalnya niat beliau disini untuk beramal. Niat yang pragmatis misalnya supaya dapat uang, supaya tenar, naik pangkat, dll.

2.      Rajinlah membaca

Ada ungkapan menarik, “orang rajin yang membaca itu seperti sedang melihat masa lalu dan masa depan.”

“Membaca itu biasanya mendahului menulis, dan getaran atau pemicu menulis itu dari membaca.”

“Ketika kau membaca buku yang bagus, suatu saat buku bagus itu akan keluar dari Anda.”

3.      Gunakan alat perekam

Jangan lupa alat perekam gagasan bisa berupa foto, video, direkam yang bisa minjadi sumber inspirasi dan kita tulis untuk memperkaya tulisan kita.

“ Pikiran manusia itu seperti payung, ia berfungsi paling bagus ketika terbuka, terima masukan dari siapapun.”

“Cara terbaik untuk memiliki sebuah ide yang bagus adalah memiliki banyak ide.”

4.      Kobarkan inspirasi menulis

Inspirasi itu ilham atau sesuatu yang akan membuat kita memunculkan ide yang bagus. Inspirasi itu bekal pengetahuan yang seseorang miliki. Inspirasi bisa dikonstrusi, bisa dikondisikan.  Seorang penulis tidak menunggu inspirasi.

5.      Tentukan waktu utama

Tentukan waktu utama menulis, apakah siang hari, malam hari, pagi hari. Tiap orang berbeda-beda, dan waktu utama ini tidak pada saat jam kerja dan merasa nyaman dengan waktu tersebut.

6.      Untuk pemula, menulis bebas

7.      Menulis di dalam hati

Merancang apa saja yang akan ditulis dalam hati.

Semua ide-ide yang sangat bagus itu datang pada kita secara spontan maka segera dipros, catat segera.

8.      Menulis di waktu utama

Silahkan menulis di waktu utama yang tadi telah ditentukan dan belajar disiplin dengan waktu yang ditetapkan.

9.      Manfaatkan waktu luang

Jika waktu utama masih kurang, maka gunakan waktu luang untuk melanjutkan.

10.  Menulis yang dialami

11.  Menulis yang dirasakan

12.  Menulis selaras minat dan pekerjaan

13.  Menulis dengan riang

14.  Menulis yang banyak

15.  Read better, write faster

16.  Buatlah motto yang dahsyat

17.  Menulis dengan doa

Materi di atas dapat dibaca secara lebih rinci pada buku Pak Emcho yang berjudul “Sopo Ora Sibuk” yang merupakan buku terbit pada bulan maret 2020 ini, yang digunakan sebagai hadiah ulang tahun diri beliau sendiri.

Beberapa hal yang menarik dari sesi tanya jawab yaitu:

1.      Memiliki prinsip bahwa membaca dan menulis itu wajib, maka menulis selalu dilakukan Pak Emcho dengan waktu khusus beliau jam tiga pagi sampai shubuh, menyelesaikan satu artikel, dan jika kondisi capek menulis puisi, saat sedang santai menulis cerpen, seluruh genre beliau tulis.

2.      Semakin banyak kegiatan, semakin pandai mengatur waktu sesuai kekuatan masing-masing. Catat jadwal setiap hari, mana prioritas, mengelola diri sendiri.

3.      Menulis biografi orang, kita sebagai orang ketiga, berdasarkan fakta dan data, mendapatkan informasi dari wawancara baik dari orangnya atau dari keluarga.

Jika autobiografi berarti menceritakan diri sendiri.

4.      Menulis itu siap untuk menjadi orang yang merendah, orang yang banyak belajar. Semakin banyak yang belum kita baca, banyak yang belum kita ketahui sehingga kita akan belajar terus.

Pesan Bapak Emcho adalah: “Kesibukan memang selalu ada, yang penting adalah bagaimana kita mensiasati kesibukan itu, sehingga kita bisa menunaikan tugas kita menulis. Banyak cara dari 17 strategi di atas, silahkan mana yang sekiranya bisa membuat Bapak Ibu melakukan kegiatan menulis.”  

Penjelasan yang cukup menarik dan srategi yang diberikan Pak Emcho menjadi acuan bagi kita semua untuk tetap menulis dalam aktivitas sehari-hari meski sedang sibuk. Jadi, “Tak Ada Alasan Untuk Tidak Menulis”


5 komentar:

Koneksi Antar Materi 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

  COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK A.       Paradigma Berfikir Coaching 1.        Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada  co...