Berkomitmen
untuk menulis setiap hari akan berhasil bergantung pada diri sendiri. Mudah saja
kita mengatakan:”Hari ini sedang sangat sibuk atau nggak sempat nulis nih
banyak acara”. Semua hal yang kita jadikan alasan untuk tidak menulis itu akan
terus hadir ketika kita tidak berani mengalahkan diri sendiri. Akan ada “pembenaran”
dari semua kealpaan dari menulis di keseharian kita.
Maka
tepatlah kalau kali ini, tanggal 05 Mei 2020 di Grup Belajar Menulis yang
dimotori oleh OmJay mengambil tema; “Menulis dalam Kesibukan”.
Narasumber
kali ini adalah seorang dosen dari kota Surabaya, beliau juga seorang penulis
yang sudah menggeluti dunia tulis menulis semenjak tahun 1986/1987. Tentu tidak
diragukan lagi kualitas tulisan dari penulis yang telah membuktikan
eksistensinya puluhan tahun ini.Bapak yang bernama Much. Khoiri dengan
panggilan Bapak Emcho lahir di Madiun, 24 Maret 1965. Alumnus International
Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer Institute in American
Studies di Chinese University of Hongkong (1996). Seorang trainer pelatihan
motivasi dan literasi. Dengan karya-karya yang telah banyak dimuat di media
cetak, jurnal, dan online baik dalam dan luar negeri.
Beliau
membuka pertemuan melaluin rekaman suara, dimulai dengan judul “Sopo Ora Sibuk”(Siapa
Tidak Sibuk), “Menulis dalam Kesibukan”
“Semua
orang itu sibuk dengan urusannya masing-masing, dari orang biasa sampai orang
yang punya jabatan tidak orang yang tidak sibuk, bahkan orang yang main-main
pun sibuk dengan mainannya.” Teman beliau bernama Ahmad Rifa’i Rif’an bahkan
menulis buku yang menggambarkan ironi situasi dimana manusia yang seharusnya
mengingat Tuhan, buku dengan judul “Tuhan Maaf, Kami Sedang Sibuk.”
“Kita
manusia adalah subyek, jika tidak diikuti dengan kata kerja subjek hanyalah
entitas yang mati, tanpa makna kontekstual, pada hakikatnya orang hidup itu
pasti memiliki kesibukan, tapi apakah jika kesibukan dijadikan alasan untuk
tidak berkarya?”
Dalam
hukum alam dibalik kesibukan itu pasti ada kesempatan, tinggal bagaimana kita
memenej kesibukan. Jika sikap kita positif pasti akan menghasilkan aksi
positif, kalau sikap kita negatif pasti menghasilan aksi negatif atau bahkan
tidak menghasilkan apa-apa. Kita tidak boleh menyerah dengan kesibukan, kita
akan melakukan kegiatan menulis bahkan kita akan memiliki kekuatan yang baik diri
kita sendiri dan menikmati kesibukan.
Ingatlah “Penulis
sejati akan mencurahkan daya dan pikirannya untuk menghasilkan tulisan,
andaikata ia tidak edang menulis pasti
ia sedang memikirkan tentang hal apa yang ia hendak tulis. Ada waktu istimewa
yang dipilihnya, yang paling nyaman, untuk larut dalam menulis. Ia tidak akan
membiarkan hari pun tanpa menulis. Menulis sama wajibnya dengan membaca.”
Mengapa harus Menulis?
“When you speak your words echo only
across the room, or down the hall. But when you write, you echo down the ages.”
(Bud Gardner)
Memiliki
makna sederhananya begini: Apa yang kita angankan akan lenyap, apa yang kita
katakan akan musnah, apa yang kita lakukan akan tak tersisa-kecuali ditulis. Ia
akan abadi dan menyejarah. (mk)
Ungkapan
magis dari Pramoedya Ananta:
“Orang
boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di
dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Sastrawan
Budi Darma juga mengatakan:
“Begitu
seorang pengarang mati, tugasnya sebagai pengarang tidak dapat diambil alih
orang lain. Sebaliknya, jika dekan, camat
dan mantri polisi mati, dalam waktu singkat akan ada orang yang dapat
dan mampu menggantikannya.”
Apa yang harus dilakukan agar dapat
“Menulis Dalam Kesibukan?”
Mendidik Diri Menulis
Kita
tidak hanya mampu mendidik siswa, namun juga harus bisa mendidik diri sendiri.
Mendidik menulis bukan hanya membuat diri kompeten di bidang menulis, melainkan
juga berani menegakkan prinsip “reward
and punishment”. Memberikan hukuman terhadap diri sendiri ketika tidak
menulis, dan memberikan hadiah untuk diri pribadi ketika melampaui target
menulis.
Menulis Itu Berkomunikasi
Menulis
itu berkomunikasi bukan hanya berekspresi,kalau hanya berekspresi itu sesuka
kita, kalau menulis itu berkomunikasi maka kita berhadapan dengan pembaca. Jadi
ada sesuatu yang disampaikan kepada pembaca. Kita dan pembaca harus dibayangkan
seakan berada dalam satu forum, sehingga titik pandang seperti kata saya,
Anda, Saudara, dst.
Materi
tulisan harus yang dibutuhkan pembaca, tulisan juga harus enak diikuti, diatur
sedemikian rupa supaya hubungan kalimat dalam paragraf, hubungan antar
paragraf, dan seterusnya supaya pembaca tertarik dan mengikuti sampai tuntas. Bahasa
yang digunakan sesuai jenis tulisan apakah ilmiah, semi ilmiah, populer
menyesuaikan jenis tulisan. Bahasa yang enak diikuti sehingga pesannya sampai
kepada pembaca.
Berikut ada strategi jitu untuk “Menulis
Dalam Kesibukan”,
1.
Tetapkan niat menulis
Apa yang membuat
niat kuat untuk menulis. Niat dan keyakinan akan menjadi daya dorong sebelum
bangkit, dan menjadi daya tahan ketika ada godaan. Niat dibagi dua, ada yang
umum, sulit diraba(abstrak, filosofis) misalnya niat beliau disini untuk
beramal. Niat yang pragmatis misalnya supaya dapat uang, supaya tenar, naik
pangkat, dll.
2.
Rajinlah membaca
Ada ungkapan
menarik, “orang rajin yang membaca itu seperti sedang melihat masa lalu dan
masa depan.”
“Membaca itu biasanya
mendahului menulis, dan getaran atau pemicu menulis itu dari membaca.”
“Ketika kau
membaca buku yang bagus, suatu saat buku bagus itu akan keluar dari Anda.”
3.
Gunakan alat perekam
Jangan lupa alat
perekam gagasan bisa berupa foto, video, direkam yang bisa minjadi sumber
inspirasi dan kita tulis untuk memperkaya tulisan kita.
“ Pikiran manusia
itu seperti payung, ia berfungsi paling bagus ketika terbuka, terima masukan
dari siapapun.”
“Cara terbaik
untuk memiliki sebuah ide yang bagus adalah memiliki banyak ide.”
4.
Kobarkan inspirasi menulis
Inspirasi itu
ilham atau sesuatu yang akan membuat kita memunculkan ide yang bagus. Inspirasi
itu bekal pengetahuan yang seseorang miliki. Inspirasi bisa dikonstrusi, bisa
dikondisikan. Seorang penulis tidak
menunggu inspirasi.
5.
Tentukan waktu utama
Tentukan waktu
utama menulis, apakah siang hari, malam hari, pagi hari. Tiap orang
berbeda-beda, dan waktu utama ini tidak pada saat jam kerja dan merasa nyaman
dengan waktu tersebut.
6.
Untuk pemula, menulis bebas
7.
Menulis di dalam hati
Merancang apa
saja yang akan ditulis dalam hati.
Semua ide-ide
yang sangat bagus itu datang pada kita secara spontan maka segera dipros, catat
segera.
8.
Menulis di waktu utama
Silahkan menulis
di waktu utama yang tadi telah ditentukan dan belajar disiplin dengan waktu
yang ditetapkan.
9.
Manfaatkan waktu luang
Jika waktu utama
masih kurang, maka gunakan waktu luang untuk melanjutkan.
10.
Menulis yang dialami
11.
Menulis yang dirasakan
12.
Menulis selaras minat dan pekerjaan
13.
Menulis dengan riang
14.
Menulis yang banyak
15.
Read better, write faster
16.
Buatlah motto yang dahsyat
17. Menulis
dengan doa
Materi
di atas dapat dibaca secara lebih rinci pada buku Pak Emcho yang berjudul “Sopo
Ora Sibuk” yang merupakan buku terbit pada bulan maret 2020 ini, yang digunakan
sebagai hadiah ulang tahun diri beliau sendiri.
Beberapa hal yang menarik dari sesi
tanya jawab yaitu:
1.
Memiliki prinsip bahwa membaca dan
menulis itu wajib, maka menulis selalu dilakukan Pak Emcho dengan waktu khusus
beliau jam tiga pagi sampai shubuh, menyelesaikan satu artikel, dan jika
kondisi capek menulis puisi, saat sedang santai menulis cerpen, seluruh genre
beliau tulis.
2.
Semakin banyak kegiatan, semakin pandai
mengatur waktu sesuai kekuatan masing-masing. Catat jadwal setiap hari, mana
prioritas, mengelola diri sendiri.
3.
Menulis biografi orang, kita sebagai
orang ketiga, berdasarkan fakta dan data, mendapatkan informasi dari wawancara
baik dari orangnya atau dari keluarga.
Jika autobiografi
berarti menceritakan diri sendiri.
4.
Menulis itu siap untuk menjadi orang
yang merendah, orang yang banyak belajar. Semakin banyak yang belum kita baca,
banyak yang belum kita ketahui sehingga kita akan belajar terus.
Pesan
Bapak Emcho adalah: “Kesibukan memang selalu ada, yang penting adalah bagaimana
kita mensiasati kesibukan itu, sehingga kita bisa menunaikan tugas kita
menulis. Banyak cara dari 17 strategi di atas, silahkan mana yang sekiranya
bisa membuat Bapak Ibu melakukan kegiatan menulis.”
Penjelasan yang cukup menarik dan
srategi yang diberikan Pak Emcho menjadi acuan bagi kita semua untuk tetap
menulis dalam aktivitas sehari-hari meski sedang sibuk. Jadi, “Tak Ada Alasan
Untuk Tidak Menulis”
keren... lanjut. Ingat! Walau sibuk, luangkan waktu menulis. ha ha...
BalasHapusBelum bisa seperti Pak Roni saya...
HapusTrm ksh banyak inf nya.
BalasHapusinspiratif skl.
Semoga bermanfaat
HapusYo ayo menulis temans
BalasHapus