Pegiat
Literasi Guru dan Siswa
Menjadi
teladan dalam berliterasi tak hanya untuk sesama pendidik, namun akan sangat
berpengaruh bagi siswa yang diajar. Menjadikan literasi sebagai sebuah
kebutuhan bagi generasi muda tentu akan menjadikan generasi yang semakin
berkualitas. Literasi menulis salah satu keterampilan yang harus diasah dengan
banyak latihan yakni dengan banyak membaca dan menulis.
Belajar
Menulis kali ini mendatangkan narasumber yang telah melahirkan ratusan buku
yang ditulis solo maupun antologi bersama guru maupun siswa. Emi Sudarwati,
guru Bahasa Jawa di SMP Negeri 1 Baureno Bojonegoro, Jawa Timur. Lahir di
Lamongan, 20 November 1975, Juara I Lomba INOBEL kategori Sorak(Seni, Olah
Raga, Agama, Muatan Lokal dan Bimbingan Konseling) tahun 2016. Penerima
penghargaan Guru Kreatif Balai Bahasa jawa Timur tahun 2015.
Menjadi
penggerak literasi bersama siswa-siwanya hingga menjadi perhatian banyak
sekolah setelah dikabarkan oleh Harian Radar Bojonegoro sehingga buku-buku
tulisan beliau dan para siswa banyak dicari untuk dibaca dan belajar menulis. Langkah
beliau menginspirasi sekolah-sekolah lain, dan diliput oleh berbagai media.
Tahun
2015, beliau mendapat tugas untuk mengikuti lomba Inobel tingkat nasional dan
berhasil masuk sebagai salah satu finalis yang berjumlah 102 peserta seluruh
Indonesia. Pengalaman tahun itu menjadi sebuah kebanggaan karena dapat belajar
bersama guru-guru hebat dari seluruh Indonesia.
Tahun
2016, beliau mengikuti seleksi Guru Berprestasi tingkat Kabupaten Bojonegoro
dan mendapatkan hasil sebagai juara ketiga. Di tahun tersebut, beliau juga
kembali mengikuti seleksi Karya Inobel atas keinginan pribadi berdasarkan
pengalaman tahun sebelumnya. Bukan dengan karya baru, namun karya lama yang
diedit, dengan tambahan sesuai yang diberikan oleh dewan juri hingga memperoleh
hasil sebagai Juara I Inobel kategori Sorak.
Pengalaman
di Negeri Belanda mengikuti short Course,
dari hasil kejuaraan Inobel. Belajar sistem pembelajaran di negeri kincir
angin, berkunjung ke dua Universitas terbaik yaitu Windesheim dan Leiden, ke
sekolah-sekolah terbaik serta berwisata.
Pulang
dari negeri Belanda, masih diberi anugerah mengikuti workshop menulis jurnal di
Bali. Selain dapat menikmati keindahan pulau Bali, peserta mendapat materi
merubah naskah Inobel menjadi Jurnal yang diberi nama DEDAKTIKA.
Tahun
2017, beliau diundang mengikuti workshop Literasi di Kota Batam dan mampir ke
negara tetangga yakni Singapura dan menghasilkan sebuah karya berjuful “Dag Dig
Dug Singapura.
Bersama-sama
alumni peserta Inobel, belaiu menulis dalam satu buku dan menyebutnya dengan
istilah Patungan Buku Inspiratif. Tidak hanya melahirkan karya ilmiah, namun
berbagai kumpulan cerita inspiratif, berbagi pengalaman mengajar, kumpulan
puisi, dan lain-lain. Saat ini grup Patungan Buku Inspiratif lebih banyak menerbitkan
SBGI (Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI (satu Buku Siswa Indonesia).
Tahun
2018, beliau merubah nama grup menjadi Penerbit Buku Inspiratif (PBI)
Hal
itu dilakukan karena sejak tahun 2018, lebih banyak menerbitkan SBGI dan SBSI. Beberapa
undangan dari daerah-daerah mulai berdatangan, sehingga beliau hanya menerima
undangan sebagai narasumber pada hari Sabtu-Minggu atau Jum’at sore.
Beliau
juga aktif sebagai penulis di Pusat Belajar Guru(PBG) Bojonegoro, aktif di
PGRI, sebagai jiri Lomba menulis buku, memotivasi guru-guru Bojonegoro agar
lebih inovatif dalam mengajar dan lebih kreatif dalam menulis. Menghimbau agar
guru-guru lebih sering mengirimkan hasil karya ke media. Dengan terus menenrus
mengirimkan karya, berarti terus menerus belajar, belajar meminimalisir kesalahan.
Tahun
2019, beliau mengawali terbitnya buku “Kado Cinta 20 Tahun dan Haiku”. Karya yang
ditulis berrdua dengan suami beliau agar ikatan pernikahan semakin bahagia. Terus
menulis dan menerbitkan buku baik buku solo maupun antologi.
Saat
ini beliau mengelola TBM Kinanthi.
Dalam
menerbitkan buku, beliau bekerjasama dengan Majas Grup (Penerbit Majas, Dwi
Putra Jawa, dan Praktek Mandiri). Berbagai naskah dapat diterbitkan di penerbit
tersebut, sesuai dengan ketentuan.
Menjadi sosok “Guru” yang telah
membuktikan dirinya sebagai tauladan dan menjadi penggerak literasi bagi guru
maupun siswa patut kita teladai dari Ibu Emi Sudarwati. Ratusan karya menjadi
bukti, prestasi tak diragukan lagi.
Menjadi guru Inspiratif, berkarya
dan terus menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar