Pengalaman
Bunda Sri Sugiastuti
Tidak
ada kata terlambat dalam belajar. Belajar bukan hanya monopoli milik kawula
muda atau anak-anak yang masih berstatus pelajar dan mahasiswa. Memulai menulis
pun tak harus ketika seseorang masih berusia muda, siapapun dan dari usia
berapapun bisa memulai menulis. Meski usia tak lagi muda, tak menghalangi
semangat seorang penulis untuk memulai dunia kepenulisan. Pengalaman dari
narasumber kali ini akan menambah motivasi kita semua untuk semakin mencintai
dunia menulis dan menerbitkan buku.
Narasumber
kita kali ini adalah Ibu Sri Sugiastuti, yang lahir pada tanggal 8 April 1961.
Menghabiskan masa kecilnya di Jakarta dan mengenyam pendidikan S1 Bahasa
Inggris di UNS Surakarta. Setelah mengajar di Jakarta, beliau kembali ke kota
Solo pada tahun 1990 hingga sekarang dan menyelesaikan pendidikan S2 Bahasa
Inggris. Dari masa inilah beliau mulai menulis yakni tahun 2010 dengan buku
“SPMU Ujian Nasional Bahasa Inggris unyk SMK” penerbit Erlangga dan buku
antologi “Diary Ketika Buah Hati Sakit”.
Banyak
buku yang telah beliau tulis baik buku solo maupun keroyokan dengan
penulis-penulis lain. Aktif menulis di blog Gurusiana dan berbagai komunitas
menulis lainnya.
Dimulai
dengan ice breaking untuk membuat
lebih fokus peserta dalam menyimak materi yang akan diberikan narasumber.
Penyampaian
materi dilakukan dengan rekaman suara, diawali dengan cerita awal beliau mulai
menulis yakni saat pendidikan S2 dengan usia yang sudah hampir mendekati usia
lima puluh tahun.
Sebuah
buku yang memotivasi beliau yang berjudul “Menulis Itu Gampang”, yang akhirnya
membuat sebuah keyakinan bahwa bisa menulis.
Dilanjutkan
cerita beliau tentang penulisan buku pendalaman materi yang diterbitkan oleh
penerbit Mayor Erlangga yang ditulis bersama rekan di MGMP Bahasa Inggris. Dari
buku tersebut beliau merasakan kepuasan menulis buku yang bertaraf nasional dan
digunakan oleh siswa tingkat akhir serta mendapatkan royalti. Hasil penjualan
buku yang tergolong laris manis dan akhirnya keluar edisi revisi dan digunakan
hampir di seluruh Indonesia.
Pengalaman
selanjutnya tentang menulis di Penerbit Indie yang dimulai tahun 2009 dengan
nama pena Astutiana Mujono merujuk pada beberapa nama blog seperti Kompasiana. Buku yang berkisah tentang kehidupan
orangtua beliau masih remaja bertemu, hingga usia beliau saat itu lima puluh
tahun dengan tebal buku lebih dari empat ratus halaman.
Selain
itu juga dibarengi dengan menulis buku-buku antologi di berbagai komunitas dengan
berbagai tema sekitar dua puluh lima buku. Dengan menulis di antologi dapat
belajar tentang berbagai macam tulisan dari teman-teman dan kita dapat memiliki
ciri kepenulisan sendiri.
Proses
menulis dan menerbitkan buku sendiri mendatangkan pengalaman yang membawa
beliau bertemu dengan penulis-penulis lain. Buku pertama beliau “Biografi Mini”
menjadi dasar dan rujukan beliau dalam menulis buku-buku berikutnya dengan
mengembangkan ide. Rasa ingin tahu yang
besar menjadi motivasi beliau menulis hingga mendatangkan mentor menulis untuk
mengajari beliau menulis.
Dunia
penulisan yang bearagam dan beliau ikuti digunakan sebagai ajang silaturahim
dan bertemu dengan sesama penulis. Pengalaman itu membuat beliau akhirnya
sering diajak mengisi acara dan berbagi serta acara brdah buku.
Sebuah
buku yang diterbitkan penerbit Indie yang berjudul “The Storie of Wonder Woman”
yang dicetak lebih dari seribu eksemplar. Sebuah buku berjenis faksi dengan
latar “True Story” dengan tujuan
untuk memotivasi perempuan-perempuan lain untuk tetap semangat, sabar, dan
ikhlas ketika menghadapi cobaan.
Tahun
2014, buku beliau masuk nominasi nasional berjudul “Perempuan Terbungkas”
sebuah novel berkisah tentang perempuan yang hidup di era tahun tujuh puluhan
dengan kehidupan yang pelik tentang seorang anak yang dibuang orangtuanya
hingga mendapatkan kehidupan yang bahagia.
Buku
parenting “Merawat Harapan” juga masuk nominasi sepuluh besar, yang
menggambarkan bagaimana cara mengasuh anak dari usia dini hingga dewasa.
Buku
menjadi jejak atau bukti sejarah dan
pemikiran-pemikiran yang bisa berguna untuk orang lain.
Berbagai
jenis buku beliau tulis hingga menulis tentang “skyber” menjadi sebuah novel berjudul “Tipuan Asmara” dengan
tujuan mengedukasi pengguna media sosial untuk berhati-hati agar tidak menjadi
korban kejahatan di media sosial.
Kegiatan
beliau di banyak komunitas yaitu: Sahabat Pena Kita, Pegiat Literasi Nasional,
dll yang berjumlah sekitar dua puluh lima grup menulis.
Pengalaman yang luar biasa dari Ibu
Sri Sugiastuti, semangat yang patut memnjadi contoh bagi kita semua untuk
selalu berkarya, menulis dan menerbitkan buku serta di media elektronik.
Keteladanan seorang Ibu dalam mendidik putra putrinya, perjalanan hidupnya yang
dapat kita baca dari tulisan-tulisan beliau menjadi bukti eksistensi beliau
dalam bidang literasi.
Ibu ada di kelas gel 12 ya.Mau diabadikan tulisan ini jadi buku? Terima kasih sudah meresum dengan baik
BalasHapus